Penelitian Sastra Bandingan (Metodologi Penelitian Sastra #12)

Penelitian Sastra Bandingan (Metodologi Penelitian Sastra #12) - Sahabat Pembaca sifat ramalan yang budiman, ulasan berikut yang berhubungan dengan Penelitian Sastra Bandingan (Metodologi Penelitian Sastra #12), semoga dapat menambah khasanah wawasan anda dan sekiranya dapat bermanfaat, jika da sesuatu hal yang kurang berkenan ayau ada kesalahan dan pesan silahkan untuk comentar di bawah yang berhubungan dengan Penelitian Sastra Bandingan (Metodologi Penelitian Sastra #12), kami sangat bertrimakasih sekali dan semoga menjadi manfaat


A. Konsep Sastra Bandingan
1. Hakikat Kajian Sastra Bandingan
Dua istilah yang perlu dijelaskan untuk membantu peneliti adalah sastra bandingan dan sastra perbandingan.. Dua hal ini mempunyai implikasi yang kurang lebih sama. Sastra bandingan sering disingkat sanding dan sastra perbandingan disingkat sasper. Penyingkapan semacam ini sekedar mempermudah ucapan saja, yang penting pengertiannya tidak berbeda.

Sastra bandingan adalah sebuah studi teks across cultural. Studi ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingkan dua atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan konteks tempat, akan mengikat sastra bandingan menurut wilayah geoggrafis sastra. Konsep ini merepresentasikan bahwa sastra bandingan memang cukup luas. Bahkan pada perkembangan selanjutnya, konteks sastra bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain. Bandingan semacam ini, guna merunut keterkaitan aspek kehidupan.

2. Ilmu Sastra Bandingan
Ilmu sastra menjadi pijakan sastra bandingan. Oleh karena, melalui ilmu sastra tersebut akan dapat dilihat apakah karya sastra satu dengan yang lain saling bersinggungan atau tidak. Teori-teori tentang gaya bahasa, naratologi, estetika dan sebagainya amat bermanfaat bagi studi sastra perbandingan. Tanpa ilmu dan atau teori mendasar, seorang peneliti tak mungkin membandingkan karya sastra secara cermat. Apalagi kalau karya sastra yang dibandingkan itu sangat halus kemiripannya.

Sastra bandingan, awalnya memang berkembang di Perancis, Inggris, Jerman, dan negara-negara Eropa lainnya. Selanjutnya, sastra bandingan juga melebarkan sayap ke Amerika dan Asia pada umumnya. Sejak tahun 1970-an sastra bandingan mulai berkembang dengan mengkaji karya-karya Andre Malraug, William Somerset Maughnam dan Franz Kafka. Pada awalnya, sastra bandingan sekedar membandingkan karya sastra dengan karya sastra, untuk mencari kefavoritan dan keoriginalitasan karya sastra. Dari perbandingan ini, akan ditemukan karya-karya yang bertaraf nasional dan bahkan taraf dunia.

B. Intertekstualitas dan Sastra Bandingan
1. Orisinalitas Tes

Penelitian interteks sebenarnya bagian dari sastra bandingan. Interteks memang lebih sempit dibanding sastra perbandingan. Jika sebagian besar interteks merupakan gerakan peneliti filologi baik klasik maupun modern, yang selalu berhubungan dnegan teks sastra, sastra bandingan justru lebih luas lagi. Sastra bandingan dapat melebar ke arah bandingan antara sastra dengan bidang lain yang mungkin (di luar sastra).

Munculnya studi interteks sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh pembuatan sejarah sastra. Karena melalui pembuatan sejarah sastra, interteks akan menyumbangkan bahan yang luar biasa poentingnya. Maksudnya, jika dalam tradisi sastra terdapat pinjam-meminjam (gaduh) antara sastra satu dengan yang lain, akan terlihat pengaruhnya. Sedangkan munculnya sastra bandingan dengan bidang lain, kemungkinan besar dipengaruhi oleh penelitian lintas disiplin ilmu. Lintas disiplin ini akan memandang sebuah fenomena senada akan memiliki sumbangan penting dan saling terpengaruh. Pengaruh tersebut akan menjadi lengkap apabila telah dibandingkan secara cermat satu sama lain.

2. Pokok Kajian Interteks
Kajian sastra bandingan, pada akhirnya harus masuk ke dalam wilayah hipogram. Hipogram adalah modal utama dalam sastra yang akan melahirkan karya berikutnya (Riffarterre, 1978:23). Jadi hipogram adalah karya sastra yang menjadi latar kelahiran karya berikutnya. Sedangkan karya berikutnya dinamakan karya transformasi. Hipogram dan transformasi ini akan berjalan terus menerus sejauh proses sastra itu hidup. Hipogram merupakan induk yang akan menetaskan karya-karya baru. Dalam hal ini peneliti sastra berusaha membandingkan antara karya induk dengan karya baru. Namun tidak ingin mencari keaslian sehingga menganggap bahwa yang lebih tua yang hebat, seperti halnya studi filologi. Studi interteks justru ingin melihat seberapa jauh tingkat kreativitas pengarang.

C. Sastra Bandingan, Sastra Nasional, dan Sastra Dunia
Kajian sastra bandingan tidak dapat mengabaikan peranan sastra nasional yang lama-kelamaan akan menjadi sastra dunia. Sastra nasional adalah sastra yang secara umum menjadi milik bangsa. Pengertian nasional ini adalah batas wilayah politik suatu negara. Jadi, karya sastra Amerika, Serikat, dan Inggris, meskipun sama-sama menggunakan bahasa Inggris, adalah dua hal yang berbeda.

Istilah yang sering terkait dengan sastra bandingan adalah sastra dunia (world literature). Ada juga yang menyebut sastra universal. Sastra dunia adalah sastra yang memuat pandangan-pandangan universal atau mendunia. Sastra tersbut diakui oleh seluruh orang di dunia. Biasanya, karya-karya senacam ini tergolong masterpiece (karya sastra agung). Karya sastra demikian banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa ke seluruh dunia. Tentu saja untuk menjadi sastra dunia tidak hanya memakan waktu pendek. Meskipun ukuran waktu ini sangat lentur, namun sekurang-kurangnya bila karya tersebut sangat digemari oleh siapapun di dunia, boleh dikatakan sebagai sastra dunia.

D. Ruang Lingkup Sastra Bandingan

Sastra bandingan merupakan kajian sastra di luar batas sebuah negara dan tentang hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan lain. Pada dasarnya, baik studi interteks maupun sastra bandingan akan mencari dua hal, yaitu : (1) affinity (pertalian, kesamaan) dan atau paralelisme serta varian teks satu dengan yang lain; (2) pengaruh karya sastra satu kepada karya sastra lain atu pengaruh sastra pada bidang lain dan sebaliknya.

Dua hal tersebut masih bisa dikembangkan lagi menjadi beberapa lingkup studi, antara lain : (a) perbandingan antara karya pengarang satu dengan lainnya, pengarang yang sezaman, antar generasi, pengarang yang senada, dan sebagainya; (b) membandingkan karya sastra dengan bidang lain, seperti arsitektur, pengobatan tradisional, takhayul, dan seterusnya; (c) kajian bandingan yang bersifat teoritik, untuk melihat sejarah, teori dan kritik sastra.

E. Konsep Pengaruh dalam Sastra Bandingan

Kajian konsep pengaruh, merupakan titik terpenting bagi studi sastra bandingan. Karya yang terpengaruh dengan karya sebelumnya, tentu akan memiliki identitas tersendiri. Dari proses pengaruh-mempengaruhi itu akan terdapat berbagai aspek bandingan yang disebut varian. Dalam konteks ini, memang karya sebelumnya dianggap karya “super”, artinya bisa mempengaruhi karya berikutnya. Seberapa jauh keterpengaruhan tersebut, tergantung kemampuan pengarang.

Keterpengaruhan ini jelas akan dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain : (a) perkembangan karir pengarang, (b) proses penciptaan pengarang, (c) tradisi atau budaya pengarang. Dari tiga hal ini, manakala pengarang berikutnya bersikap ceroboh, tentu akan terdapat pengaruh yang langsung atau semakin jelas. Berbeda dengan pengarang yang kreatif, tentu pengaruh tersebut semakin halus dan hampir tersembunyi. Pengarang yang banyak membaca karya lain dan sering bermigrasi ke mana-mana, seringkali terpengaruh sumber.

F. Metode Sastra Bandingan
Metode sastra bandingan tidak jauh berbeda dengan metode kritik sastra, yang obyeknya lebih darti satu karya. Penekanan sastra bandingan adalah pada aspek kesejarahan teks. Itulah ebabnya, menurut Yaapar (Santosa, 2003:99) sastra bandingan bersifat positivistik. Kajiannya bercorak binari (duaan) dan bertumpu pada rapport defaits, artinya perhubungan faktual antara dua buah teks yang diteliti secara pasti. Kegiatan yang dilakukan juga menganalisis, menafsirkan dan menilai. Karena obyeknya lebih dari satu, setiap obyek harus ditelaah, barulah hasil telaah tersebut diperbandingkan. Bisa saja, peneliti melakukan analisis struktural kedua karya, baru diperbandingkan. Dengan cara ini akan mempermudah peneliti melakjukan bandingan. Setidaknya akan mudah ditemukan unsur persamaan dan perbedaan setiap karya sastra.

 

--------------------------------------------------------
Referensi:
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama



Semoga artikel Penelitian Sastra Bandingan (Metodologi Penelitian Sastra #12) bermanfaat

Salam hangat Penelitian Sastra Bandingan (Metodologi Penelitian Sastra #12), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Sifat ramalan kali ini.

Baca juga artikel berikut


Penelitian Sastra Bandingan (Metodologi Penelitian Sastra #12)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Penelitian Sastra Bandingan (Metodologi Penelitian Sastra #12)"

Posting Komentar