A. Antara Penelitian Pragmatik dan Resepsi
Pragmatik sastra adalah cabang penelitian yang ke arah aspek kegunaan sastra. Penelitian ini muncul atas dasar ketiudakpuasan terhadap penelitian struktural murni yang memandang karya sastra sebagai teks itu saja. Kajian struktural dianggap hanya mampu menjelaskan makna sastra dari aspek permukaan saja. Maksudnya, kajian struktur sering melupakan aspek pembaca permukaan saja. Maksudnya, kajian struktur sering melupakan aspek pembaca sebagai penerima makna atau pemberi makna. Karena itu, muncul penelitian pragmatik, yakni kajian sastra yang berorientasi pada kegunaan karya sastra bagi pembaca. Aspek kegunaan sastra ini dapat diungkap melalui penelitian resepsi pembaca terhadap cipta sastra.
Penelitian resepsi sebenarnya wilayah telaah pragmatik sastra. termasuk di dalamnya adalah bagaimana aktivitas pembaca sebagai penikmat dan penyelamat karya sastra lama. Sebagai penikmat, pembaca akan meresepsi dan sekaligus memberikan tanggapan tertentu terhadap karya sastra. Sebagai penyelamat, pembaca yang mau menerima kehadiran sastra, juga akan meresepsi dan selanjutnya melestarikan dengan cara mentransformasikan.
B. Dasar Penelitian Sastra
Penelitian sastra tergolong ilmu geistewissenschafen, artinya telaah ilmu kemanusiaan. Penelitian serupa sering disebut juga telaah humaniora. Hanya saja, subyeknya dapat berupa teks sastra dan tentang sastra. Penelitian teeks sastra selalu dikaitkan dengan hidup manusia, maka telaah tentang sastra , berkaitan dengan ihwal yang menyangkut di luar teks sastra, seperti pembaca dan pengarang. Baik penelitian teks sastra maupun tentang aspek di luar sastra, keduanya sama-sama penting dan saling melengkapi. Karena itu peneliti sastra perlu mempertimbangkan aspek pembaca dalam pemaknaan teks. Salah satunya bidang yang relevan diteliti adalah masalah resepsi sastra. Dari sini akan terungkap jelas bagaimana tanggapan pembaca terhadap teks sastra.
C. Aspek Penelitian Resepsi Sastra
Penelitian resepsi sastra pada dasarnya merupakan penyelidikan reaksi pembaca terhadap teks. Reaksi termaksud dapat positif dan juga negatif. Resepsi yang bersifat positif, mungkin pembaca akan senang, gembira, tertawa, dan segera mereaksi dengan perasannya. Hal ini sejalan dengan pemikiran Mukarovsky (Fokkema, 1977:1347) bahwa peranan pembaca amat penting yaitu sebagai pemberi makna teks sastra. Karya sastra hanya artefak yang harus dihidupkan kembali dan diberi makna oleh pembaca sehingga menjadi obyek estetik. Reaksi terhdap teks sastra tersebut dapat berupa sikap dan tindakan untuk memproduksi kembali, menciptakan hal yang baru, menyalin, meringkas, dan sebagainya. Sebaliknya, reaksi yang bersifat negatif mungkin pembaca akan sedih, akan jengkel, bahkan antipati terhadap teks sastra.
D. Analisis Resepsi Sastra
1. Pendekatan yang Digunakan
Pendekatan yang sering digunakan oleh peneliti resepsi adalah fenomenologi. Fenomenologi berasal dari kata Yunani phaenomenon yang berarti gejala yng tampak. Maksudnya, peneliti resepsi dapat mencermati gejala yang tampak pada si pembaca teks sastra. Mungkin pembaca akan merasa tergila-gila, senang, msedih dan atau tertawa terbahak-bahak. Hal semacam ini telah dilakukan Roman Ingarden (Iser, 1978:170) secara fenomenologis ia mngungkapkan keberterimaan karya sastra.
Menurut Ingarden, setiap karya sastra secara prinsip belum dikatakan lengkap karena hanya menghadirkan bentuk skematik dan sejumlah “tempat tanpa batas” yangb perlu dilengkapi secara individual menurut penghalamannya akan karya-karya lain. Namun demikian, sejauh menyangkut teks lain (yang dikenal dengan model sastra perbandingan) dianggap belum sempurna. Yang dapat dilakukan untuk melengkapi struktur karya sastra itu adalah melakukan konkretasi (penyelarasan atau pengisian makna oleh pembacanya). Maka, pembaca akan berusaha menafsirkan atau memakai sejauh pengalaman yang dimilikinya.
2. Horison Pembaca dan Kategori Pembaca
Dalam pandangan Jauss, horison pembaca (horizon of expectation) memungkinkan terjadinya penerimaan dan pegolahan dalam batin pembaca terhadap teks sastra. Horison harapan pembaca terbagi menjadi dua, yaitu (1) yang bersifat estetis dan (2) tak estetik (diluar tekls sastra). Yang bersifat estetik berupa penerimaan unsur-unsur strukjtur pembangun karya sastra, seperti tema, alur, gaya bahasa, dan sebagainya. Kedua sisi resepsi sastra tersebut sama-samna penting dalam pemahaman karya sastra.
Melalui penelitian resepsi serupa, Jauss ingin merombak sejarah sastra masa itu yang terkesan hanya memaparkan sederetan pengarang dan jenis sastra. Fokus perhatiannya adalah proses sebuah karya sastra diterima, sejak pertyama kali ditulis sampai penerimaan selanjutnya. Bagi Jauss, karya sastra memiliki implikasi estetik dan historis. Implikasi estetik muncul apabila sebuah teks dibandingkan dengan teks lain yang telah dibaca, dan implikasi historis muncul akibat perbandingan historis dengan rangkaian penerimaan atua resepsi sebelumnya.
------------------------------------------------------
Referensi:
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Semoga artikel Penelitian Pragmatik dan Resepsi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #11) bermanfaat
Salam hangat Penelitian Pragmatik dan Resepsi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #11), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Sifat ramalan kali ini.
0 Response to "Penelitian Pragmatik dan Resepsi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #11)"
Posting Komentar