Penelitian Antropologi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #10)

Penelitian Antropologi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #10) - Sahabat Pembaca sifat ramalan yang budiman, ulasan berikut yang berhubungan dengan Penelitian Antropologi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #10), semoga dapat menambah khasanah wawasan anda dan sekiranya dapat bermanfaat, jika da sesuatu hal yang kurang berkenan ayau ada kesalahan dan pesan silahkan untuk comentar di bawah yang berhubungan dengan Penelitian Antropologi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #10), kami sangat bertrimakasih sekali dan semoga menjadi manfaat


A. Ruang Lingkup Antropologi Sastra
Penelitian antropologi sastra adalah celah baru penelitian sastra. Penelitian yang mencoba menggabungkan dua disiplin ilmu inim tampaknya masih jarang diminati. Padahal sesungguhnya banyak hal yang menarik dan dapat digali dari model ini. Maksudnya, peneliti sastra dapat mengungkap berbagai hal yang berhubungan dengan kiasan-kiasan antropologis. Peneliti juga dapat leluasa memadukan kedua bidang itu secara interdisipliner, karena baik sastra maupun antropologi sama-sama berbicara tentang manusia.

Penelitian saemacam itu perlu dilakukanm tidak berarti peneliti sastra tergolong serakah. Namun, banyak hal dalam karya sastra yang memuat aspek-aspek etnografi kehidupan manusia dan sebaliknya tidak sedikit karya etnografi yang memuat kiasan-kiasan sastra. Jadi penelitian antropologi sastra dapat menitikberatkan pada dua hal. Pertama, meneliti karya sastra dari sisi pandang etnografi, yaitu untuk melihat aspek-aspek budaya masyarakat.

B. Fokus dan Proses Analisis Antropologi Sastra
Antropologi sastra termasuk ke dalam pendekatan arkepital, yaitu kajian karya sastra yang menekankan pada warisan budaya masa lalu. Warisan budaya tersebut dapat terpantul dalam karya-karya sastra klasik dan modern. Karenanya, peneliti antropologi sastra dapat mengkaji keduanya dalm bentuk paparan etnografi.

C. Analisis Mitos Model Levi-Strauss
1. Keunikan Mitos Sebagai Bahan Kajian
Mitos yang dimaksud Levi-Strauss tak selalu sama dengan konsep mitos pada umumnya. Levi-Strauss berpendapat bahwa mitos tidak selalu relevan dengan sejarah dan kenyataan. Mitos jiuga tidak selalu bersifat sakral atau wingit (suci). Oleh karena, mitos yang suci pada suatu tempat, di tempat lain hanya dianggap khayalan. Jadi mitos dalam kajian Levi-Strauss, tak lebih sebagai dongeng.

Dongeng merupakan sebuah kisah atau cerita yang lahir dari hasil imajinasi manusia, dari khayalan manusia, walaupun kehidupan manusia sehari-hari. Melalui dongeng tersebut, khayalan manusia memperoleh kebebasan mutlak, karena manusia bebas menciptakan apa saja. Hal-hal yang tak masuk akal boleh terjadi dalam dongeng. Misalkan saja, dongeng Kancil dan Gajah yang menokohkan seekor kancil yang mampu memperdaya gajah.

2. Sistem Oposisi
Paham penelitian Levi-Strauss, selain terilhami de Saussure, juga terpengaruh Jakobson dan Troubetzkov. Dalam membahas mitor, Levi-Strauss menyatakan bahwa mitos pada dasarnya mirip dengan bahasa. Jika dalam bahasa ada konsep la language, yaitu keseluruhan sistem tanda yang dimiliki kelompok orang yang menggunakan bahasa dan la parole adalah perwujudan dari sistem tanda itu, yaitu tindak bicara konkrit seorang individu yang pada saat tertentu menggunakan sistem tanda itu untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, ada aspek diaronik dan sinkronik, paradigmatik dan sintagmtik yang di dalamnya ada relasi-relasi dalam mitos pun demikian juga. Aspek sinkronik adalah mitos yang diyakini sebagai peristiwa masa lampau namun masih relevan untuk masa kini dan aspek diakronik adalah mitos yang berasal dari masa lampau tetapi tetap ada sampai sekarang.

3. Langkah Analisis
Analisis mitos model Levi-Strauss dapat berupa kajian struktural. Kajian yang dilakukan bisa berupa satu atau lebih mitos. Jika bahan kajian hanya satu mitos, peneliti akan mencari struktur perjalanan cerita, tokoh, ideologi tokoh, dan sebagainya. Unsur-unsur struktur intrisik cerita itu selanjutnya distrukturkan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam analisis mitos adalah sebagai berikut :

  1. Merekam, mentransfer dan mendokumentasikan mitos jika belum berupa tulisan.
  2. Membaca mitos satu demi satu, kemudian diidentifikasi mitem-mitemnya.
  3. Pencarian mitem, dapat menggunakan sistem kerja trial and error sampai peneliti menemukan struktur yang sulit tergioyahkan.
  4. Kata atau kalimat yang menjadi mitem tadi dicatat dalam kartu data sesuai dengan perkembangan cerita.
  5. Menyusun mitem-mitem tersebut dalam struktur sintagmatis dan paradigmatis.


-----------------------------------------------------------

Referensi:
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama




Semoga artikel Penelitian Antropologi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #10) bermanfaat

Salam hangat Penelitian Antropologi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #10), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Sifat ramalan kali ini.

Baca juga artikel berikut


Penelitian Antropologi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #10)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Penelitian Antropologi Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #10)"

Posting Komentar