Resume Buku "Dramaturgi" Karya Harymawan

Resume Buku "Dramaturgi" Karya Harymawan - Sahabat Pembaca sifat ramalan yang budiman, ulasan berikut yang berhubungan dengan Resume Buku "Dramaturgi" Karya Harymawan, semoga dapat menambah khasanah wawasan anda dan sekiranya dapat bermanfaat, jika da sesuatu hal yang kurang berkenan ayau ada kesalahan dan pesan silahkan untuk comentar di bawah yang berhubungan dengan Resume Buku "Dramaturgi" Karya Harymawan, kami sangat bertrimakasih sekali dan semoga menjadi manfaat


BAB I
BEBERAPA PENGERTIAN

Arti Dramaturgi
Dramaturgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan konvensi drama. Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomay yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya: dan drama berarti: perbuatan, tindakan. Drama dapat berupa komedi (suka cerita) dan tragedi (duka cerita). Ada juga yang beranggapan drama merupakan sandiwara tragedi.
Arti drama
  1. Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action, (segala apa yang terlihat dalam pentas)
  2. Menurut moulton, drama adalah “hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Menurut Brander Mathews: Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.
Menurut Ferdinand Verhagen: Drama haruslah merupakan kehendak manusia dengan action.
Menurut Baltazar Verhagen: Drama adalah kesenian melukiskan sikap manusia dengan gerak.
  1. Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).
Arti teater
Secara etimologis teater adalah gudang pertunjukan (auditorium).
  • Dalam arti luas:
Teater adalah segala tontonan yang dipertunjukan didepan orang banyak.
Misalnya wayang orang, ketoprak, ludrug, srandul, memebai, randai, mayong,
arja, rangda, reog, lenong, dagelan, sulapan, akrobatik, dan sebagainya.
  • Dalam arti sempit:
Drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media: percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah yang tertulis dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.
Arti drama – Sandiwara - Tonil
Pertunjukan drama disebut juga sandiwara. Kata sandiwara dibuat oleh P.K.G Mangkunegara VII almarhum sebagai kata pengganti toneel (bahasa Belanda). Sandiwara dibentuk dari bahasa jawa sandi dan wara. Sandi berartirahasia dan wara berarti pengajaran. Demikianlah menurut Ki Hadjar Dewantara, sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan dengtan perlambang.
Formula Dramaturgi (4M)
Tugas dramaturgi mempelajari:
M1
Mengkhayalkan
Di sini untuk pertama kali pengarang mengkhayalkan kisah: ada inspirasi dan ide.
M2
Menuliskan
Pengarang menyusun kisah yang sama (the sean
idea) untuk kedua kalinya. Pengarang menulis kisah (story).
M3
Memainkan
Pelaku-pelaku memainkan kisah yang sama untuk ketiga kalinya (action). Di sini aktor dan aktris yang bertindak dalam stage tertentu.
M4
Menyaksikan
Penonton menyaksikan kisah untuk yang keempat kalinya.


BAB II
SEJARAH TEATER DI INDONESIA

Sejarah Naskah dan Pentas
  1. Sebelum abad ke-20
Tidak ada naskah dan pentas. Yang ada hanyalah naskah-naskah cerita rakyat dan kisah-kisah turun temurun disampaikan secara lisan oleh ayah kepada anak. Drama-drama rakyat, istana, keagamaan, di arena, di bawah atap, atau lapangan terbuka.
  1. Permulaan abad ke-20
Terpengaruh oleh drama Barat dan cara pemanggungannya (staging), timbul bentuk-bentuk drama baru: komidi stambul/istana/bangsawan, tonil, opera, wayang orang, ketoprak, ludruk, dan lain-lainnya. Tidak menggunakan naskah (improvisatoris), tetapi menggunakan pentas; panggungbnya berbingkai.
  1. Zaman Pujangga Baru
Muncul naskah drama asli yang dipakai oleh pementasan amatir. Rombongan professional tidak menggunakannya.
4. Zaman Jepang
Sensor Sendenbu sangat keras, diharuskan menggunakan naskah. Rombongan professional dipaksa belajar membaca. Perkumpulan amatir tidak kaget karena terdiri atas kaum pelajar.
5. Zaman Kini
Rombongan professional membuang naskah. Organisasi amatir tetap setia pada naskah, sayang sering mengabaikan pengarang, penyadur, atau penyalinnya.

Segi Bahasa
Komidi stambul dan bangsawan memakai bahasa Melayu karena dimengerti di kota-kota besar, dan juga karena alas an alas an komersial (perdagangan). Pujangga baru memakai bahasa Melayu/ Indonesia dengan sebab dan tujuan politik. Sekarang dipakai bahasa kesatuan Indonesia.

Segi Ideologi
Setiap pengutaraan pendapat adalah propaganda. Sejak dulu drama menjadi alat propaganda agama, susunan pemerintahan, pandangan hidup, dan lain-lain, tetapi tidak lepas dari manusia dan kemanusiaan, tidak terlepas dari zamannya.

Bentuk Teater di Indonesia
  1. Yang lahir di dalam lingkungan kehidupan desa
Kegiatannya terkait erat oleh persoalan kehidupan sehari-hari di dalam desa, yaitu adat atau agama. Contohnya terdapat pada kehidupan teater di Bali.
  1. Yang lahir di keraton
Pertunjukan dilaksanakan pada upacara-upacara tertentu, para pelakunya anggota keluarga bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk kalangan ternatas. Tingkat artistic yang dipakai sangat tinggi. Cerita pada umumnya berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekan dengan para dewa dan sebagainya.
  1. Yang tumbuh di kota-kota
Kadang-kadang masih membawa bentuk-bentuk yang di desa atau di keraton. Lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru di dalam masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru, sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia.
  1. Yang diberi predikat modern atau kontemporer
Menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe, melainkan sebagai individu. Dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh, saat ini merupakan golongan teater minoritas. Merupakan hasil pencarian manusia Indonesia yang dilakukan secara terus menerus.


BAB III
MASALAH DRAMATURGI

Bagian I: Drama dan Konflik Manusia
  1. Hukum drama
  1. Subjek
Lahit dan mati, lahir dan mati, kawin dan cerai, kejahatan dan hukuman, perang dan damai.
  1. Tema
Keberanian dan pengecut, kesetiaan dan pengkhianatan, keserakahan dan murah hati.
  1. Emosi
Kemarahan, cinta dan benci, ketakutan dan kenikmatan. Perhatian terhadap konflik adalah dasar dari drama. Protagonios adalah peran yang membawa ide prinsipil. Pertentangan diantara dua kekuatan (protagonis dan antagonis) mengakibatkan dramatic action.
  1. Sumber penulis drama ialah “Tabiat Manusia”
Yang harus di pelajari dalam tabiat manusia sebagai berikut:
  1. Pengarang
  2. Aktor/aktris
  3. Sutradara
  1. Kerangka drama adalah “action”
Konflik diwujudkan dengan action. Drama memerlukan action yang terbuka karena penonton hanya dapat menerima maksud berdasarkan action yang dilihat dan didengar. Action dapat membawa kehebatan (excitefull) dan daya tarik. Action merupakan kerangka drama.
  1. Dasar action adalah “motif”
Sumber-sumber motif:
  1. Human driver (kegiatan, semangat, pendorong)
Merupakan kegiatan yang mengontrol suatu action atau kegiatan manusia; bersifat dinamik. Menurut W.I. Thomas ada empat macam kekuatan dasar:
  1. Kekuatan untuk tanggapan (response)
  2. Kekuatan untuk pengakuan
  3. Kekuatan untuk petualangan (adventure)
  4. Kekuatan untuk keamanan (security)
  1. Situasi: fisik dan sosial
Situasi fisik: Dua aspek situasi bisa menyebabkan action dan menunjukan sumbernya. Lakon/ play yang sadar akan motif yang timbul dari situasi fisik menempatkan peranan-peranannya terkurung, mengubah keaktivitetan motif secara logis balam mengekspresikan ide serta emosi yang dikehendaki.
Situasi sosial: Perbedaan dalam kesibukan merupakan hasil perbedaan ukuran sosial yang menentukan sikap di dalam dua tempat.
  1. Interaksi sosial
Jika dua orang berbeda dalam kontak social langsung, yaitu bila mulai sadar terhadap satu sama lain, timbulah interaksi sosial.
  1. Pola watak (character pattern)
Kita mencoba memperoleh gambaran watak itu, masa lampaunya, pengalamanya, dan struktur psikisnya.
  1. Intelegensi
  2. Hubungannya dengan dunia luar
  3. Hubungannya dengan dirinya sendiri

Bagian II: Drama dan Pengarang
Drama merupakan kisah pertentangan yang saling beroposisi, di mana tiap kejadian dari kekuatan-kekuatan khusus action dapat diketahui pada tiap motif.
Dengan demikian maka drama didasarkan pada human conflict.
  1. Bahan-bahan untuk pengarang
  1. Karakter; untuk mengembangkan konflik.
  2. Situasi; lakon adalah rentetan situasi, dimulai dari situasi yang akan berkembang selama action terlaksana.
  3. Subjek; ide pokok lakon atau drama.
  1. Alat-alat pengarang
  1. Dialog; lewat dialog tergambarlah watak-watak sehingga latar belakang perwatakan bisa diketahui.
  2. Action; berbicara lebih kerasc dari pada kata-kata, karena to see to believe.
  1. Proses inspirasi yang merangsang daya cipta (MI & MII)
MI
Inspirasi dapat timbul:
  1. Sendiri karena pikiran kita menemukan suatu gagasan yang merangsang daya cipta.
  2. Karena perhatian kita tertuju pada suatu peristiwa baik yang disaksikan sendiri maupun yang didengar atau dibaca.
  3. Karena kehidupan kita terkait pada kehidupan seseorang.
MII
  1. Daya cipta tersebut diatas akan kita hidupkan ke dalam sebuah cerita.
  2. Maka terciptalah gambar yang masih mentah, belum teratur.
  3. Proses kristalisasi sehingga kita dapat berhasil merumuskan hakikat (intisari) cerita.
  4. Saat kita mendapat rumus intisari cerita premis.

  1. Proses mengarang (MII)
  1. Seleksi; dengan hati-hati pengarang memilih situasi yang harus memberikan saham bagi keseluruhan drama. Dalam kebanyakan lakon (play), merupakan kunci laku (action).
  2. Re-arrangement; pengarang enyusun kembali kekalutan hidup menjadi pola yang berarti.
  3. Intensifikasi; pengarang memiliki kisah untuk diceritakan, kesan untuk digambarkan, suasana hati untuk diciptakan.
  1. Komstruksi dramatic
Ide klasik dari Aristoteles
Dalam karyanya petics Aristoteles mengetengahkan antara lain teori, analisis, dan hukum puisi dan drama:
  1. Teori tentang komedi (suka cerita)
  2. Teori tentang tragedy (duka cerita)
  3. Hukum komposisi drama yang terdiri atas awal, tengah, dan akhir.
  4. Pengetahuan tentang trilogy Aristoteles; kesatuan tempat, kesatuan waktu, dan kesatuan kejadian.
  1. Dramatic plot
Aristoteles (klasik)
I. Protasis:
Permulaan, dijelaskan peran
dan motif lakon.
II. Epitasio:
Jalinan kejadian
Gustav Freytag (modern)
- Exposition:
Pelukisan ..............................(1)
- Complication:
Dengan timbulnya kerumitan /
komplikasi diwujudkan jalinan
kejadian ................................(2)
III. Catastasis: - Climaks
Puncak laku, peristiwa mencapai titik kulminasinya; sejak 1-2-3
terdapat laku sedang memuncak (rising action)
..............................................(3)
- Resolution:
Penguraian, mulai tergambar
rahasia motif ........................(3) A
IV. Catastrophe:
Penutupan
- Conclusion:
Simpulan ..............................(4)
- Catastrophe:
Bencana ...............................(4) A
- Denouement:
Penyelesaian yang baik ........(4) B
Ditarik kesimpulan, dan habis cerita.


BABAK I BABAK II BABAK III
  1. Trilogi Aristoteles
  1. Kesatuan waktu:
Peristiwa harus terjadi berturut-turut selama 24 jam selama satu selingan.
  1. Kesatuan tempat:
Peristiwa seluruhnya terjadi dalam satu tempat saja.
  1. Kesatuan kejadian:
Membatasi rentetan peristiwa yang berjalan erat, tidak menyimpanmg dari pokoknya. Sering disebut kesatuan ide.
Penjelasan Trilogi Aristoteles (The 3 Unites Aristoteles)
Kesalahpahaman sering terjadi terhadap penafsiran Trilogi Aristoteles: sebuah lakon harus hanya berlaku selama 24 jam (kesatuan waktu), tidak boleh ada pergantian adegan (scene) (kesatuan tempat), harus hanya mempunyai laku (plot) yang tunggal kesatuan kejadian).
Aristoteles sendiri tak pernah secara tegas mengemukakan hal itu semua, dan semua dan tak pula bermaksud agar aturanya itu dipakai sebagai dogma. Dia hanya akan menyelidiki bagaimana drama itu disusun, dan dikemukakannya dalam rangkaian komentarnya tentang kesusastraan masa itu, yaitu yang tercantum dalam serangkaian karangannya yang berjudul Poetics.
Tentang kesatuan waktu, yang berarti pembatasan waktu, teutama ditujukan kepada tragedi yang harus berbeda dengan epik, karena epik mempunyai kebebasan waktu, sedangkan tragedy waktunya harus segera dibatasi.
Tentang kesatuan tempat, dia tidak menyebutkan apa-apa. Meski demikian, pembatasan tempat yang sangat mengikat seperti drama pseudo klasik juga tak dapat dibenarkan. Yang jelas memang ada pembatasan dalam drama Yunani, seperti halnya kini, drama juga terkait oleh syarat-syarat pentas, tetapi kebebasan bisa terjadi.
Tentang kesatuan kejadian, terutama ditujukan pada tema dan plot. Tetapi drama Yunani sendiri sering meninggalkan aturan ini. Fakta yang menafsirkan bahwa drama harus mempunyai hanya satu tema dan satu plot saja, tetapi ada juga yang mengetengahkan adanya subplot atau minor action disamping plot utama sehingga merupakan plot majemuk, aasalkan semuanya membantu penyelesaian plot utama atau plot pokok kea rah satu catastrophe.
Shakespeare kadang-kadang menggunakan plot kembar dengan cara paralelisme. Yang penting ialah: harus ada persoalan pokok yang jelas, dan persoalan-persoalan lain mendapat kedudukan yang kurang penting.
  1. Tiga unsure prinsip dalam drama
  1. Unsur kesatuan
Unsur kesatuan mencakup kesatuan kejadian, kesatuan tempat dan kesatuan waktu.
  1. Unsur penghematan
Karena keterbatasan waktu, maka usahakanlah dalam waktu yang sesingkat itu dituangkan masalah-masalah pokok yang terpenting saja.
  1. Unsur keharusan psikis
Fungsi psikis dalam dramaturgi:
  1. Protagonis
Pemeran utama (pahlawan/cerita yang menjadi pusat cerita.
  1. Antagonis
Peran lawan, sering juga menjadi musuh yang menyebabkan konflik.
  1. Tritagonis:
Peran penengah, bertugas mendamaikan atau menjadi pengantara protagonis dan antagonis.
  1. Peran pembantu
Peran yang secara tidak langsung terlibat di dalam konflik, tetapi peran pembantu ini diperlukan guna penyelesaian cerita.
  1. Drama modern
Drama modern mendobrak hukum-hukum tersebut (Trilogi Aristoteles). Drama yang baik harus memiliki kegentingan (spaning). Ada dua macam kegentingan:
  1. Kegentingan karena hasrat ingin tahu bagaimana akhir cerita.
  2. Kegentingan identifikasi karena penonyon mengidentifikasikan diri secara emosional dengan peran bagaimana nasib mereka. Emosi tersebut antara lain emosi pelengkap dan emosi penyelamatan.
  1. Konstruksi cerita drama
Naskah dan lakon
Naskah adalah bentuk/ rencana tertulis dalam cerita drama. Sedangkan
lakon adalah hasil perwujudan dari naskah yang dimainkan.
Komposisi tiga bahan pokok untuk cerita drama
1. Premise
Premise adalah rumusan intisari cerita sebagai landasan ideal dalam
menentukan arah tujuan ceritera.
2. Character
Bisa juga disebut tokoh, adalah bahan yang opaling aktif yang menjadi
bahan penggerak cerita. Karakter disini merupakan tokoh yang hidup.
Tiga dimensi character:
a. Dimensi fisiologis (cirri-ciri badan)
b. Dimensi sosiologis (latar belakang kemasyarakatan)
c. Dimensi Psikologis (latar belakang kejiwaan)
3. Plot
Plot ialah alur, rangka cerita, merupaka susunan empat bagian:
a. Protasis
b. Epitasio
c. Catastasis
d. Catastrope


BAB IV
SENI BERPERAN

Ikhtisar ajaran Richard Boleslavsky
Ajaran pertama: Konsentrasi atau pemusatan pikiran.
Aktor adalah seorang yang mengorbankan diri. Ia menghilangkan dirinya untuk
menjadi pemain (perannya). Agar actor menjadi sempurna dalam profesinya, ia
harus mengalamisuatu Pendidikan yang terdiri atas tiga bagian:
1. Pendidikan tubuh
Subjek-subjeknya:
a. Senam irama
b. Tari klasik dan pengutaraan
c. Main anggar
d. Berbagai latihan bernafas
e. Latihan menempatkan suara, diksi, bernyanyi
f. Pantomime
g. Tata rias
2. Pendidikan intelek dan kebudayaan
Subjek-subjeknya:
a. Pengetahuan perihal tokoh-tokoh teater seperti Shakespeare, Moliere,
Goethe, Calderon de La Barca; apa yang telah mereka perjuangkan danh
apa yang telah dilakukan orang diteater-teater dunia dalam mementaskan
karya-karya mereka.
b. Kesusastraan dunia pada umumnya; misalnya membedakan antara
Romantik Jerman dan Romantik Perancis.
c. Sejarah seni lukis, seni pahat, seni music; Bisa mengingat gaya setiap
kurun zaman dan tahu kepribadian setiap pelukis besar.
d. Psikologi, memahami psikoanalisis, pernyataan emosi, logika, perasaan.
e. Anatomi tubuh manusia, ciptaan besar seni pahat.
3. Pendidikan dan latihan sukma
Subjek-subjeknya:
a. Penguasaan seluruh panca indera dalam situasi yang dapat dibayangkan.
b. Penumbuhan ingatan perasaan, ingatan ilham atau penembusan
pengkhayalan itu sendiri, penumbuhan naivitas, penumbuhan daya untuk
mengamati, penumbuhan kekuatan kemampuan, penumbuhan untuk
menambahkan keragaman pada pernyataan emosi, penumbuhan rasa pada
humor dan tragedy.
c. Penumbuhan ingatan visual.
Ajaran kedua: Ingatan emosi
Aktor harus berlatih mengingat-ingat segala emosi yang terpendam dan halamanhalaman
sejarah yang telah silam. Boleslavsky member nasehat kepada actor
sebagai berikut:
· Perhatikan dan lihat apa yang ada disekitarmu – pandang dirimu dengan
penuh kegembiraan.
· Kumpulkan dan simpan dalam jiwamu semua kekayaan dan kepenuhan
hidup.
· Simpan dan susun ingatan dan kenangan ini.
· Siapa tahu suatu hari mereka kita perlukan.
· Mereka adalah satu-swatunya sahabat dan guru dalam karyamu.
· Mereka adalah cat dank was bagi actor, seandainya actor itu adalah
seorang pelukis.
· Dan mereka akan membawakan hadiah bagimu.
· Mereka adalah kepunyaanmu milikmu sendiri.
· Mereka bukan tiruan, dan mereka akan memberikan pengalaman,
ketelitian, ekonomi, dan kekuatan padamu.
Ajaran ketiga: Laku dramatis


BAB V
MASALAH PERMAINAN
1. Unsur Permainan dalam Drama
Teori sumber perminan terbagi dalam empat kategori :
a. Permainan merupakan jalan keluar bagi energi yang berlebihan.
b. Permainan kanak-kanak merupakan persiapan untuk hidup.
c. Teori rekapitulasi (ikhtisar, ringkasan pokok-poko)
d. Dalam permainan kanak-kanak menyatakan reaksi-reaksi emosional dan
sosial.
2. Psikodrama dan Psikologi Pemain Drama
Karena problem individu hidup dalam drama, maka memungkinkan
adanya pemecahan. Hal ini dibuktikan dengan munculnya apa yang disebut
psikodrama. Orang-orang yang tidak bias menahan konflik-konflik dikumpulkan,
kemudian disusun suatu naskah permainan dengan tujuan menyelidiki dan
menemukan problem yang ada pada mereka.
3. Permainan Sebagai Pembebasan
Actor harus menggambarkan orang lain, sekaligus ia tidak bias berbuat selain
menggunakan bahan yang ada padanya.
4. Pembinaan Watak Permainan
4.1 Ada tiga bahan bagi aktor untuk menggambarkan apa yang telah
ditentukan penulis lewat tubuh dan badannya :
a. mimik yaitu pernyataan atau perubahan muka : mata, mulut, bibir, hidung,
kening.
b. Plastik yaitu cara bersikap dan gerakan-gerakan anggota badan.
c. Diksi cara penggunaan suara/ucapan.
4.2 Tiga fase cara aktor menggambarkan perannya :
a. Typering primer
Yang terpenting adalah mimik. Ada dua typering, yaitu gembira (up) dan sedih
(down).
b. Typering dramatis
Yang terpenting adalah plastik. Dengan sendirinya plastic ini (sikap dan gerak)
terpengaruh oleh mimic, dan pada umumnya bergantung juga pada tanda yang
sama, tetapi tidak setegas dan seprinsipil ditentukan seperti mimik.
c. Typering individual
Yang dipentingkan adalah diksi. Diksi ditentukan oleh aktor, karena itu ia (diksi)
bias mempengaruhi arti suatu kalimat.
Jika dibandingkan dengan mimik dan plastik maka diksi memberikan banyak
aspek istemews karena :
1. Tidak dapat dinyatakan dengan sikap atau gerak,
2. Suara halus berbicara dalam kata-kata.
· Dalam mimik : kebebasan banyak dibatasi
· Dalam plastik : kebebasan agak kurang dibatasi, karena dalam hal ini
interpretasi pribadi aktor atas maksud pengarang sering berlaku.
· Dalam diksi : aktor mendapat kebebasan sepenuh-penuhnya, tetapi masih
harus diperhitungkan dengan instruksi sutradara.
5. Aktor sebagai Pencipta
Dalam menemukan seni berperan aktor menghadapi dua masalah yang harus
dipecahkan :
1. Tujuan akting : tujuan menentukan akhtiar/usaha yang akan dijalankan.
2. Metode acting : bagaimana melaksanakan ikhtiar itu.
5.1 dua teori tentang tujuan acting
a. teori ilusi khayalan : tujuan poko acting ialah menciptakan ilusi (illusion)
atau khayalan.
b. Teori interpretasi/penafsiran : aktor tidak berusaha untuk menipu
penonton. Tujuan aktor adalah menafsirkan perwatakan serta memberikan
interpretasi.
5.2 dua aliran tentang metode acting
a. aliran emosional : aliran ini mendasarkan metode aktingnya atas emosi.
b. Aliran intelektual : aliran ini berpendapat bahwa acting harus didasarkan
atau dikonstruksikan atas suatu kecerdasan (intelek).


AB 6
KESANGGUPAN KATA
1. Hubungan Suara dengan Gerak Mulut
Kalau ucapan-ucapan yang dikeluarkan itu diperhatikan benar, orang lambat laun
akan yakin bahwa memang ada hubungan antara perasaan, suara, dan gerak mulut
pada tiap-tiap ucapan. Tak mengherankan sekarang bahwa ada persesuaian antara
suara, perasaan dan gerak mulut.
2. Hubungan Suara dengan Irama
Irama adalah aturan. Pada seni lukis aturan itu menimbulkan keindahan
pemandangan, pada seni kata dan seni suara menimbulkan keindahan pada
pendengaran
3. Hubungan Suara dengan Warna
Suara tidak hanya merupakan lagu saja, suara juga dapat mewujudkan warna.
Ada dua macam teori tentang warna :
3.1 teori warna dari segi fisik
teori ini bedasarkan studi tentang sinar dan warna dalam ilmu alam. Ada tiga
warna primer, yaitu merah, kuning, biru. Ada tiga warna sekunder yaitu jingga,
hijau dan ungu.
3.2 pembagian warna menurut perasaan
menurut perasaan yang timbul karena orang melihat warna adalah, orang
menyebut warna hangat dan warna dingin. Warna hangat ialah warna yang
mengajak kita gembira dan bergerak, misalnya warna kuning dan merah
lembayung. Warna dingin adalah warna yang menimbulkan perasaan damai,
tenang, lemah, misalnya warna ungu dan biru.
4. Hubungan Perasaan dan Suara
Beberapa arti suara :
a. Keadaan sunyi menimbulkan perasaan seakan-akan orang diasingkan.
b. Gaya suara yang rendah menimbulkan perasaan sedih, suasana gelap dan
menekan. Suara yang tinggi mengajak melayang-layang karena gembira.
c. Suuara keras lagi besar seakan-akan menelan, mempengaruhi orang, tetapi
suara yang lemah lembut membuat hati lemah.
Kakau kita perhatikan benar memang ada persesuaian rasa antara suara dengan
warna. Terang ada persesuaian antara sastra yang rendah dengan suasana gelap,
suara yang tinggi, dengan suasana yang terang.
5. Peranan Kata dalam Drama
5.1 Peranan Kata dalam Drama
Bahasa tertulis harus dihidupkan oleh pemain diatas pentas. Mereka tidak akan
berdialog seperti keadaan sehari-hari. Laku didalam drama merupakan bentuk
menyatakan yang sudah dipadatkan sedangkan dialog proasis sepanjang satu
halaman misalnya bias diekspresikan dalam satu bait puisi.
5.2 Arti puisi
Kata syair/puisi merupakan nama untuk menyebut segala macam bentuk bahasa
ikatan. Menurut pengertian lama puisi adalah suatu bentuk dalam kesusastraan
yang terdiri atas empat baris dan bersajak sama.
6. Dialog, Diksi, dan Action
6.1 Dialog
Dalam struktur lakon, dialog dapat kita tinjau dari dua segi, yaitu :
a. Segi estetis
Dialog merupakan faktor litere (juga filosofis) yang mempengaruhi struktur
keindahan sebuah lakon.
b. Segi teknis
Biasanya diberi catatan pengucapan, ditulis dalam kurung. Dalam lakon bersajak
yang ucapannya secara deklamatoris, diberi tanda baca saja.
6.2 Diksi
Berbicara adalah bergerrak dan merupakan bagian dari seluruh gerakan yang tak
dapat dipandang sebagai sesuatu yang memiliki kedudukan tersendiri, justru
karena berbicara tidak bias dilepaskan dari gerak batin (pikiran dan perasaan)
yang menuntut seluruh tubuh untuk memberikan sebuah manifestasi. Sebagai
contoh akan dikemukakan bagaimana hubungan antara bicara dengan gerakangerakan
lain dalam tubuh kita, yaitu :
- Gesture : gerak tangan, isyarat, yaitu posisi bagian tubuh untuk
mengutarakan emosi atau ide.
- Movement : pertukaran tempat kedudukan pada pentas. Missal : datang
dari pintu, melewati kursi menuju jendela.
- Bussines : kesibukan yang karakteristik, yang mempunyai cirri-ciri khas.
Missal : merokok, mengupas buah-buahan, menjahit, menulis dan lain-lainnya.
6.3 Action
Action merupakan istilah yang sering membingungkan dan sering pula
dikacaukan dengan movement. Secara teknis, action adalah istilah literer yang
digunakan dalam naskah.
Ada dua macam movement :
1. Direct Movement
Yaitu suatu gerak hakiki (esensial) yang diperlukan pada saat lakon berlangsung.
2. Indirect Movement
Yaitu gerak kreatif, bukan esensial, tetapi meyakinkan dan menghidupkan gerak
dasar pada saat lakon berlangsung.
BAB 7
SUTRADARA
1. Sejarah Timbulnya Sutradara
Sutradara : karyawan yang mengkoordinasi segala unsur-unsur teaer dengan
paham, kcakapan, serta daya khayal yang intelegensi sehingga mencapai suatu
pertunjukan yang berhasil.
Producer : penanggung jawab keungan dan promosi.
Manager : tokoh eksekutif dari produser, penanggung jawab tata laksana.
Stage Manager : tokoh eksekutif dari sutradara, dialah yang mengatur panggung
dan seluruh perlengkapannya.
Dalam perkembangan kedudukan sutradara ada tiga kejadian penting :
1. Pada saat Saxe Meiningen mendirikan suatu rombongan teater pada tahun
1874-1890 mereka mementaskan 2591 drama di Berlin dan seluruh Jerman.
Setelah itu mereka mengadakan tur ke Negara-negara Eropa lainnya sehungga
akhirnya mempengauhi.
2. Moscow Art Theater yang dipimpin oleh Constatin Stanislavsky (1863-
1938). Stanislavsky (guru R. Boleslavsky) adalah pendiri teori penyutradaraan
termasuk penghapus sitem bintang.
3. Lewat Princetown Players dan Group Theater, Stanislavsky
memepengaruhi Broadway sehingga teater professional menerima pendapatannya
(metodenya). Dengan adanya kedudukan sutradara, teater/drama memasuki babak
baru dalam sejarah hidupnya.
Kedudukan sutradara.
Sutradara berdiri di tengah-tengah segitiga, bertindak sebagai pusat kesatuan
kekuatan, juga sebagai coordinator bagi prestasi-prestasi kreatif aktor dan patra
teknisi. Akhirnya sutradara harus menjadi seorang seniman yang berarti.
2. Teori Penyutradaraan
2.1 Teori Gordon Craig
Harus ada kekuatan ide dalam teater. Jika teater adalah seni maka ia harus
mengekspresikan kepribadian si seniman. Sutradara mengejawantahkan idenya
lewat aktor dan aktris.
Kebaikan teori ini adalah hasilnya sempurna (perfec), tata tertib terjamin, teratur
teliti. Kelemahan atau keburukannya ialah sutradara menjadi dictator, aktor dan
aktris aadalah alat sutradara, harus meniru gaya sutradara yang merupakan
prototip, kreativitas mereka dihilangkan atau dihalangi, padahal tujuan produksi
lakon ialah memeberi kesemapatan bagi aktor dan aktris untuk memberikan
sumbangan bagi keseluruhnnya.
2.2 Teori Laissez Faire
Dalam teater ini aktor dan aktris adalah pencipta dalam teater. Tugas sutradara
adalah membantu aktor dan aktris mengekspresikan dirinya dalam lakon, seorang
supervisor individualnya agar melaksanakan peranan sebaik-baiknya.
Kelemahan teori ini adalah sutradara bukan seorang diktator melainkan pembantu.
Kelemahan teori ini adalah terdapat bahaya akan timbulnya kekacauan dan kurang
teratur, kurang teliti.
3. Pembinaan Kerja Sutradara
3.1 Menentukan nada dasar
Tugas pertama sutradara adlah mencari motif yang merasuk karya lakon, yang
memberi cirri kejiwaan dan selalu Nampak dalam penyutradaraan.
Sebuah nada dasar dapat bersifat :
a. Ringan tidak mendalam
b. Menentukan/memberikan suasana khusus
c. Membuat lakon gembira menjadi banyolan/lucu
d. Mengurangi tragedy yang berlebih-lebihan
e. Memberikan prinsip dasar pada lakon
3.2 Menentukan casting
Macam-macam casting :
1. Casting by ability : berdasarkan kecakapan, yang terpandai dan terbaik
dipilih untuk peran yang penting/utama dan sukar.
2. Casting to type : pemilihan yang bertentangan dengan watak atau fisik si
pemain.
3. Antitype casting : pemilihan yang bertentangan dengan watak atau fisik si
pemain.
4. Casting to emotional temperament : memilih seseorang berdasarkan hasil
observasi hidup pribadinya.
5. Therapeutic-casting : menetukan seorang pelaku bertentangan dengan
watak aslinya dengan maksud menyembuhkan atau mengurangi ketakseimbangan
jiwanya.
3.3 Tata dan Teknik Pentas
Segala yang menyangkut soal tata pakaian, tata rias, dekor, tata sinar. Semua itu
harus disesuaikan dengan nada dasar.
Tata dan teknik pentas ialah segala masalah yang tidak termasuk cerita, naskah
dan acting.
3.4 Menyusun Mise En Scene
Mise en scene ialah segala perubahan yang terjadi pada daerah permainan yang
disebabkan oleh perpindahan pemain atau peralatan. Dengan mise en scane
sutradara memberikan sryktur visual pada lakon dengan komposisi pentas.
Pemberian bentuk ini bias tercapai dengan 14 macam cara :
1. Sikap pemain
2. Pengelompokan
3. Pembagian tempat kedudukan pelaku
4. Variasi saat masuk dan keluar
5. Variasi penempatan perabot (mebel)
6. Variasi posisi dua pemain yang berhadap-hadapan
7. Komposisi dengan menggunakan garis dalam penempatan pelaku
8. Ekspresi kontras dalam warna pakaian
9. Efek tata sinar
10. Memperhatikan ruang sekeliling pemain
11. Menguatkan/meluangkan kedudukan peranan
12. Memperhatikan latar belakang
13. Keseimbangan dalam komposisi
14. Dekorasi
3.5 Menguatkan atau Melemahkan Scene
Sebuah nada dasr merasuk lakon seluruhnya. Usaha menguatkan atau
melemahkan adegan adalah teknik yang menggarap berbagai adegan dalam lakon.
Kita dapat menentukan tekanan atau aksen pada lakon menurut pandangan kita
tanpa mengubah naskah.
3.6 menciptakan Aspek-Aspek Laku
sutradara harus dapat memberikan saran kepada aktor agar mereka menciptakan
apa yang disebut laku simbolik atau acting kreatif. Laku simbolik adalah cara
berperan yang biasanya tak terdapat dalam instruksi naskah, tetapi diciptakan
untuk memperkaya permainan, yaitu lebih menjelaskan kepada penonton apa
yang terkandung dalam batin penonton.
Ada dua macam laku simbolik :
1. Yang memperkaya permainan yang diciptakan aktor dengan atau tanpa
petunjuk sutradara (aliran laissez faire).
2. Yang tidak diciptakan oleh pemain secara individual, tetapi ditentukan
oleh sutradara (aliran Gordon Craig).
3.7 Mempengaruhi Jiwa Pemain
a. Dua macam kedudukan sutradara
1. Sebagai Teknikus
Ciri-ciri seorang sutradara teknikus, yaitu dia akan mencipta pergelaran yang
menyolok dan menaik perhatian. Dengan montase yang agung, teknik dekor yang
luar biasa, tata sinar yang menakjubkan, dia berusaha menerapkan film dan teater.
Tokoh-tokoh internasional : Erwin Piscator (Jerman 1893- ) seorang sutradara dan
pendesain pentas, Max Reinhadt (Austria 1873-1943) seorang sutradara dan
produser.
2. Sebagai psikolog Dramatis
Ciri-ciri sutradara psikolog dramatis, yaitu ekspresi luar atau lahiriah dalam
pagelaran menjadi berkurang. Dalam menggambarkan watak dia lebih
mengutamakan tekanan psikologis, khususnya pada cara acting yang murni ketika
prestasi permainan pribadi ditempatkan dalm arti yang sebenarnay. Tokoh-tokh
internasional : Constantin Stanlavskiy, kelompok teater I.O.C dari London
mengarah kepada perpaduan tipe pertama dan tipe kedua.
b. Dua cara mempengaruhi pemain
Ada dua cara mempengaruhi pemain, yaitu :
1. Dengan menjelaskan - sutradara sebagai interpretator
Ia menjelaskan bagaimana menggambarkan untuk peranan dan bagaimana
berusaha agar mimik plastik, diksi, sesuai dengan idenya.
2. Dengan memberi contoh - sutradara sebagai aktor
Sutradara langsung member contoh acting dalm hal ini ia harus banyak
berpengalaman seperti aktor. Keuntungannya ialah cepat dipahami : bahanya,
pemain membuat imitasi.
c. Perbandingan antara nada dasar dan pengaruh psikologi
o Nada dasar : berlaku untuk keseluruhan lakon, berusaha menyamakan
semua peranan secara psikologis dan menyesuaikan tata pentas dengan acting.
Masalah nada dasr ini adalah suatu paham sintetis.
o Pengaruh psikologis : berdasrkan nada dasar diusahakan agar setiap
pemain memiliki ciri khusus pribadinya sehingga perbedaan dalam kepribadian
tampak. Masalah ini lebih bersifat analitis.


BAB 8
IKHTISAR SEJARAH PEMENTASAN LAKON
1. Zaman Yunani dan Romawi
1.1 Zaman Yunani
Asal mula dram ialah kultus Dionyos, dewa domba atau lembu. Drama didahului
oleh kurban domba atau lembu kepada Dionyos. Dalam upacara itu dilagukan
nyanyian domba yang dinamakan tragedy. Dalam perkembangannya. Dionyos
digambarkan sebagai manusia dan ipuja sebagai dewa anggur dan kesuburan.
Tragedi mendapat arti yang lain, yaitu drama yang melukiskan perjuangan
manusia melawan nasib.
Bentuk tragedi Yunani klasik :
a. Prologus : bagian yang diucapkan sebelum pertunjukan dimulai.
b. Parodus : lagu yang mengiringi pawai, dinyanyikan oleh paduan suara
yang hadir di pentas sampai pertunjukan selesai.
c. Epiodia : mengemukakan adegan-adegan, dialog-dialog si pemain yang
muncul di pentas
d. Stasima : bagian-bagian atau kelompok nyanyian paduan suara. Nyanyian
paduan suara biasanya terdiri atas strophe dan antistrophe, dan berakhir dengan
epode.
e. Exodus : bagian terakhir waktu kelompok penyanyi pergi.
1.2 Zaman Romawi
Teater Romawi mengambil alih gaya teater Yunani. Mula-mula bersifat religious,
kemudian show-bussiness. Dalam staging orang Romawi lebih memperhatikan
kebesaran.
2. Zaman Pertengahan
Dalam zaman ini pengaruh Gereja Katolik atas drama sangat besar.
Ciri-ciri khas :
a. Staging atau pentas kereta
b. Kesederhanaan dekor yang simbolis, impresionisme, dan sebagainya
menggejala
c. Pementasan simultan, bersifat sinkronis belaka, berbeda dengan
pementasan simultan zaman modern.
3. Comedia dell’ Arte Italia
Muncul di Italia, bersumber pada banyolan Romawi.
Ciri-ciri :
Improvisatoris, tanpa naskah. Gaya ini dapat dibandingkan dengan gaya jazz.
Dalam jazz melodi ditentukan lebih dulu, dan anggota-anggota orkes
melaksanakan improvisasi masing-masing. Hal ini bias terlaksana bila gaya
permainan sama dan kelompok.
Comedia dell’ Arte meluas ke Belanda (Jan Klaassen). Prancis (Jean Potage),
Inggris. Di Indonesia gaya ini tercetus dalam gaya “Seniman Miring” atau
“Seniman Sinting”.
4. Zaman Elisabeth
Di Inggris pada waktu pemerintahan Ratu Elisabeth 1 (1558-1603), drama sangat
berkembang. Baginda sendiri membangun teater-teater dengan gaya istemewa.
Drama zaman Elisabeth dirajai oleh Shakespeare (1564-1616).
5. Aliran Klasik
Ciri-ciri :
a. Materi berdasarkan motif Yunani/Romawi, baik cerita klasik maupun
sejarah.
b. Ditulis dengan bentuk sanjak berirama.
c. Akting bergaya deklamasi…..
d. Laku statis, monolog sangat panjang (untuk member kesempatan
berdeklamasi yang berlebih-lebihan), akibatnya laku dramatis terhambat.
e. Tunduk kepada Trilogi Aristoteles.
6. Aliran Romantik
Ciri-ciri :
a. Kebebasan bentuk.
b. Isi yang fantastis, kadanag tidak logis
c. Materinya bunuh-membunuh, teriak-teriakan dalam gelap korban
pembunuhan yang hidup kembali, tokoh-tokohnya sentimental.
d. Mementingkan keindahan bahasa.
e. Dalam penyutradaraan segi visual ditonjolkan.
f. Actingnya bernafsu, bombastis, mimik yang berlebihan.
7. Aliran Realisme
Ada dua macam aliran :
7.1 Realisme Umumnya
Merupakan aliran seni yang berusaha mencapai ilusi atas penggambaran
kenyataan. Drama realistis bertujuan tidak untuk menghibur melulu, tetapi
mengembangkan problem dari suatu masa. Problem atau masalah ini berasal dari
luar (soal sosial) atau dari dalam manusia sendiri, yaitu dari kesulitan-kesulitan
yang timbul oleh kontradiksi-kontradiksi yang dialami oleh manusia (soal
psikologis).
7.2 Realisme Sosial
Ciri-ciri :
a. Peran-peran utama biasanya rakyat jelata : petani, buruh, pelaut, dan
sebagainya.
b. Aktingnya wajar seperti yang dilihat dalam hidup sehari-hari, tidak patetis.
7.3 Realisme Psikologis
Ciri-ciri :
a. Permainan ditekankan pada peristiwa-peristiwa intern/ unsur-unsur
kejiwaan.
b. Secara teknis segala perhatian diarahkan pada akting yang wajar, intonasi
yang tepat.
c. Suasana digambarkan dengan perlambang.
8. Aliran Ekspresionisme
Ekspresionisme ialah “seni menyatakan”. Ekspresionisme dalam drama baru lahir
dalam masa sesudah perang Dunia 1.
Ciri-ciri :
a. Pergantian adegan cepat.
b. Penggunaan pentas yang ekstrem.
c. Fragmen-fragmen yang filmis (meniru gaya dan cara film, misalnya layar
diproyeksikan seperti film).
Ada tiga aliran dalam ekspresionisme :
a. Adanya gerak kolektif dalam drama, dipentaskan revolusi sosial.
b. Aliran yang dipengaruhi oleh psikoanalisis.
c. Aliran yang dipengaruhi oleh film.
9. Drama Zaman Kini
Tidak mempunyai ciri-ciri khusus dalam gaya penyutradaraan.
Terdapat enpat aliran besar yang dipengaruhi oleh gaya atau aliran yang dahulu :
a. Expresionisme : Thorton Wilder, Arthur Miller.
b. Realisme : Jean Anouil.
c. Puitis Romantik : Christopher Fry, Max Frisch, Garcia Lorca, T.S Eliot.
d. Absurd : Samuel Beckett, Eugene Ionesco, Arthur Adamov, Friedrich
Durrenmatt, Iwan Simatupang dengan drama sebabaknya yang berjudul “Taman”.


BAB 9
ARSITEKTUR TEATER
1. Teater Primitif
Lakon bersumber pada kegiatan cultural tertua dari kemanusiaan. Mula-malu
dilaksanakan dengan tujuan kepercayaan, religi. Tempat pelaksanaan bergantung
pada keadaan alamiah saat itu, di alam terbuka, kemudian orang melakukannya di
kompleks candi tempat dewanya bersamayam dan disembah.
2. Teater Yunani
Lakon Yunani kuno bersumber pada pemujaan Dewa Dionyos.
Konstruksi teater Yunani adalah sebagai berikut :
a. Orchestra : tempat bermain.
b. Thymele : pusat orchestra, digunakan sebagai puncak pemujaan.
c. Theatron : tempat penonton, theatron Athena bias memuat 17000 orang,
berbentuk amphitheater.
d. Skene : tempat berpakaian dan mengaso bagi pemain.
e. Parados : ruang masuk yang terletak diantara skene dan orchestra,
disebelah kiri maupun kanan skene.
f. Paraskenia : side wing, sekat penutup kiri/kanan dari skene.
g. Proskenion : forestage, orang membangun tingkat kedua diatas skene.
h. Legion : diatas proskenion sering pula digunakan sebagai pentas. Pentas
ini disebut logeion.
3. Teater Romawi
Bangsa Romawi mengoper bentuk teaternya dari bangsa Yunani dengan
mengadakan perubahan-perubahan sepanjang sejarah yang mengarah ke
perkembangan bangunan teater maa kini. Pada teater Romawi sebagian besar dari
orchestra digunakan untuk ruang penonton, sedangkan lakon dimainkan di tempat
yang merupakan kesstuan dengan latar belakang.
4. Teater Abad Pertengahan
Konstruksinya sangat primitive (teater kereta) dan bias lebih luas dan meeewah
(teater simultan). Secara sederhana teater bias dipasang – dibongkar, dibawa
kesana-kemari oleh kelompok orang yang mengembara dariii kota satu ke kota
lainnya. Model pentasnya dapat diubah-ubah, disesuaikan dengan lakon yang
akan dimainkan. Penonton berdiri pada tiga perempat lingkaran di sekitar pentas
yang biasanya ditempatkan diatas kereta. Pemain bermain di depan tirai, dan
berganti pakaian di belakang tirai.
5. Teater Elizabethan
Bentuk-bentuk teater terkenal tempat William Shakespear (12564-1616) mencipta
karya-karya besarnya bersumber dari tempat-tempat pada losmen-losmen Inggris,
tempat-tempat rombongan-rombongan teater melakonkan cerita-cerita dramanya.
Mula-mula pertunjukan berlangsung di udara terbuka di dalam kompleks losmen
yang dikelilingi gallery-galery tempat penonton. Pentas berada di ujung tempat
terbuka itu, ditutup tirai-tirai. Di belakang tirai-tirai itu para pemain bias berganti
pakaian.
6. Teater Renaissance
Di Eropa Barat tumbuh secara bertahap dengan berbagai bentuknya konstruksi
teater dimana terdapat pemisahan antara penonton dan pemain.
a. Teater Perspektif
Orang membuat dekorasi tetap di tempat lakon dipertunjukan.
Pentas terdiri atas dua bagian :
1. Bagian pertama di pentas bagian depan disebut proscenium.
2. Bagian kedua dibuat meninggi dan bertemu dengan dekorasi belakang
untuk bersama-sama menimbulkan pemandangan yang perspektif.
b. Teater dengan Dekorasi yang Bisa Digerakpindahkan
Mula-mula digunakan dekorasi yang berbentuk segi-tiga dan digerakkan pada
poros yang memungkinkan membalikkan gambar dengan memutar dekorasi pada
poros tersebut. Kemudian prisma-prisma begini diganti dengan drop dan wing
(coulissen) yang kita kenal kini.
c. Teater Loge
Sejak zaman teater Elizabeth orang mengenal adanaya pemisahan tempat
penonton umum atau rakyat dan penonton ningrat. Zaman kini kita mengenal
perbedaan kelas dan harga tanda masuk antara yang murah dan mahal, antara
orang biasa dan orang penting. Ketikan rakyat banyak mengunjungi teater, kaum
bangsawan merasakan perlunya pemisahan ini.
d. Teater dengan Dekorasi yang Tertutup
Pada teater ini orang menutupi lukisan teater, dibuatnya ruangan-ruangan kamar
dan plafon sehingga dekorasi realistis muncul seperti yang kita lihat masa kini.
7. Teater Masa Kini
Konstruksi dasar teater modern berasal dari analisis kedudukannya. Kedududkan
ini terdiri atas tiga bagian :
1. Memberikan akomodasi untuk pertunjukan.
2. Memberikan akomodasi untu penonton.
3. Membuat kedua fungsi diatas itu menjadi satu. Pertunjukan pada stage
block kiri, audience pada house block tengah dan front house block kanan.
a. Teater Proscenium
1. Auditorium (tempat penonton)
Joseph Urban memberikan suatu standarisasi pembagian auditorium seperti
terlihat pada konsepsinya. Usahakanlah agar seorang penonton yang hendak
mencapai tempat duduknya pada deretan kursi tidak sampai melewati maksimal
10 tempat duduk. Jarak antara baris kursi yang satu dengan lainnya kurang lebih
75 cm lebar tempat duduk yang baik adalah 50 cm termasuk tangan kursinya.
Letak baris pertama depan hendaknya 2 cm dari tirai depan pentas.
2. Stage (pentas tempat memainkan lakon, acting/area)
Lantai pentas harus rata, tidak boleh meninggi di belakang meskipun hanya
sedikit. Lantai meninggi ini adalah peninggalan abad-abad dahulu yang
menghendaki adanya kesan dalam atas dekorasi yang terlukis. Kini konstruksi itu
sudah ketinggalan zaman. Jadi, buatlah lantai horizontal. Lantai hendaknya dibuat
dari kayu atau diberi alas dari kayu.
Proscenium. Ini adalah bagian pentas yang berada di depan tirai depan dan
menonjol ke depan. Tempat begini sangat berguna untuk aneka keperluan. Pentas
tanpa tempat begini membuat para aktor bermain terlalu dalam di pentas.
Tempat orkes (orchestra pit).pada teater modern lantai yang digunakan untuk
orchestra bias disetel meninggi-merendah menurut keperluan.
b. Teater Non-Proscenium (Teater Terbuka)
Macam-macam bentuk pentas ini adalah :
1. Pentas arena
Daerah pemain di tengah, penonton berada berkeliling. Orang menamakan juga
pentas sentral, pentas bundar (theater in the round, ring theater), pentas circus dan
sebagainya.
2. Tirai depan
Funsi tirai depan adalah untuk memisahkan tempat penonton dan tempat
bermain.
3. Mekanik pentas
Seni pertunjukan modern meminta syarat dan saran yang banyak.
Beberapa macam mekanik pentas :
a. Revolving : pentas bias berputar.
b. Jackknife
c. Elevator : dua pentas atau lebih disusun vertical dan digunakan secara silih
berganti dalam menaikkan dan merunkannyan.
BAB 10
DEKORASI
Dekorasi (scenery) adalah pemandangan latar belakang (background) tempat
memainkan lakon.
Klasifikasi dekorasi :
a. Ditinjau secara mekanik
1. Draperies : Dibuat dari bahan-bahan yang tak terlukis, mempertahankan
warna-warna aslinya.
2. Dekorasi terlukis ( painted scenery) : Dekorasi yang kita saksikan pada
pentas-pentas tradisional.
b. Ditinjau dari segi konstruksi dekorasi terlukis
1. Flats : dekorasi yang berbingkai seperti orang membuat bingkai kain
untuk melukis.
2. Drops : dekorasi yang tidak berbingkai menurut bentuk yang dikehendaki,
tetapi digantung di pentas belakang.
3. Plastic pieces : dekorasi yang meirukan objek-objek seperti adanya
berbentuk 3 dimensional atau terwujud dengan adanya konstruksi plastis.
c. Ditinjau sesuai dengan struktur settingnya
1. Drop dan wing
2. Box
d. Ditinjau menurut lokasi perwujudannya
1. Interior set : menggambarkan keadaan di dalam ruang tertutup (indoor).
2. Exterior set : menggambarkan keadaan di luar (outdoor)
e. Ditinjau dari watak desainnya
1. Naturalis : orang mencoba menirukan keadaan yang alamiah kedalam
dekorasi sehingga senantiasa diadakan percobaan-percobaan atau perombakanperombakan
atas perencanaan tata dekor yang tradisional.
2. Konvensional : gaya dekorasi menurut konvensi, kebiasaan yang telah
dipraktekkan dalam teater yang tradisional.
BAB 11
KOMPOSISI PENTAS
1. Proses Dramatik Visual
Sacara rinci proses ini digambarkan sebagai berikut :
- Gambar → luluh dan membentuk → gambar → luluh dan memebentuk →
gambar dan seterusnya…
Gambar-gambar itu disebut konposisi. Proses luluh dan memebentuk adalah
gerak.
- Komposisi → gerak → komposisi → gerak → komposisi dan seterusnya…
Moment dipertahankan suatau bentuk gambar bergantung pada lama tidaknya
suatu motivational forces.
2. Beberapa pengertian
Komposisi pada seni lukis adalah suatau make-up dari lukisan yaitu penempatan
artistic atas garis dan kelompok dalam batas bingkai lukisan.
Komposisi pentas adalah penyusunan yang berarti dan artistic atas bahan-bahan
perlengkapan pada pentas.
Aktor adalah bahan yang bergerak, dekorasi dan lain-lain peralatan pentas adalah
bahan-bahan statis tidak bergerak.
3. Prinsip komposisi pentas
Sesuai dengan kasusu dari setting pentas, hakikat usaha itu adalah proses
penyusunan tokoh-tokoh manusia sedemikian rupa sehingga garis dan kelompok
yang tersusun menciptakan gambaran artistic yang berarti. Dengan kata lain
adalah usaha ini adalah make-up dari lukisan kemanusiaan. Dalam membuat
komposisi lukisan yang berarti dan artistik hendaklah diperhitungkan pula “pola
motif” yang ada dalam adegan serta batas-batas teknik teater konvensional.
4. Aspek Motif Komposisi
a. Komposisi harus nampak wajar.
b. Komposisi hendaklah menceritakan suatu kisah.
c. Komposisi hendaklah menggambarkan suatu emosi
d. Komposisi hendaklah memberikan indikasi hubungan tokoh perwatakan
yang satu dengan yang lainnya.
5. Aspek Teknik Komposisi
Untuk mencapai aspek ini hendaklah memperhatikan pedoman-pedoman sebagai
berikut :
a. Sesuaikan komposisi dengan situasi “daerah permainan” (playing area).
b. Ciptakan tata letak bahan-bahannya untuk memperoleh gambar yang
indah.
c. Usahakan cara pengaturan yang menguasai perhatian penonton (control of
attention).
d. Daerah permainan (playing area).
Berdasar daerah permainan tempat orang memainkan lakon, kita menemukan ide
dan prinsip teater.
6. Aspek Piktorial Komposisi
Meliputi :
a. Uniti (kesatuan)
b. Kontras
c. Koherensi (saling bergantung)
d. Balans (keseimbangan)
e. Emphasis (titik berat)
BAB 12
TATA PAKAIAN
1. Definisi
Segala sandangan dan perlengkapannya (accessories) yang dikenakan didalam
pentas merupakan tata pakaian pentas. Seorang pelaku, selain harus
memperhatikan bagaimana penampilannya. Seorang pelaku, sebelum didengar
suaranya, sering harus dilihat lebih dahulu. Pakainnya yang pertama kali tampak
membantu menggariskan karakternya dan pakainnya yang tampak kemdian
memperkuat kesan itu atau mengubahnya menurut keperluan lakon.
2. Bagian-bagian Kostum
Kostum dapat digolongkan menjadi lima bagian :
a. Bagian dasar atau foundation.
Membuat tertib bentuk pakaian yang terlihat.
b. Pakaian kaki/sepatu
Gaya sepatu penting tidak hanya demi efek visual, tetapi juga karena hal itu
mempengaruhi cara si pelaku bergerak dan berjalan.
c. Pakaian tubuh/body
Ini meliputi : blus, rok (skirt), kemeja, overall, celana dan lain-lain yang dipakai
oleh pelaku.
d. Pakaian kepala/ headdress
Corak pakain kepal tentu saja bergantung pada corak kostum. Gaya rambut
kadang-kadang dimasukkan ke dalam make-up. Kostum dan make-up sangat erat
berjalinan dengan mmelukiskan peranan hingga kedua hal itu harus diperhatikan
bersama. Hairdo atau tata rambut disesuaikan dengan wajah dan bentuk tubuh.
e. Perlengkapan-perlengkapan / accessories
Merupakan pakaian-pakaian yang melengkapi yaitu bagian-bagian kostum yang
bukan pakaian-pakaian dasar atau yang belum termasuk 1, 2, 3, 4, tetapi dapat
ditambahkan demi efek dekoratif, demi karakter atau tujuan-tujuan lain. Ini
meliputi kaus tangan, perhiasan, dompet, ikat pinggang, kipas dan sebagainya.
3. Hubungan Kostum dengan Fase-fase Lain di Pentas
Kostum biasanya akan lebih efektif dan ssesuai bila direncanakan bersam-sama
dengan fase-fase produksi yang lain. Kostum-kostum haruslah saling bersesuaian
dan cocok scenery. Keselarasan warna kostum dengan setting haruslah masuk
perhitungan karena setting menjadi latar belakang untuk kostum.
4. Tujuan dan Fungsi Kostum
Tiap costuming mempunyai dua tujuan :
1. Membantu penonton (M4) agar mendapatkan suatu ciri ats pribadi
peranan.
2. Membantu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu dengan
peranan yang lain, misalnya seragam tentara.
Fungsi kostum :
1. Membantu menghidupkan perwatakan pelaku.
2. Tipe-tipe Kostum Pentas
3. Untuk individualisasi peranan.
5. Memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku.
Kostum dapat digolongkan ke dalam empat tipe umum :
1. Kostum historis : adalah dari periode-periode spesifik dalam sejarah.
2. Kostum modern : adalah pakaian yang dipakai dalam masyarakat
sekarang.
3. Kostum nasional : adalah dari negara atau tempat spesifik. Tentu saja
kostum dapat sekaligus historis dan nasional.
4. Kostum tradisional : adalah representasi karakter spesifik secara simbolis
dan distalisasi, seperti kostum Pierrot, Pierrette, dan Harlequin.
Masih ada corak-corak kostum yang lain, yaity kostum sirkus, fantastic, tari
skating, kostum hewan, dan sebagainya.
6. Cara memakai
Ada dua macam teknik :
1. Kostum dikenakan pada tubuh tanpa dipotongi (gedrapeerd). Bias terdiri
atas satu atau lebih potong bahan yang terlepas, dikenakan pada tubuh dengan di
sana-sini dikaitkan dengan mendapatkan bentuk tubuh.
2. Kostum yang dipotong menurut bentuk tubuh dan kemudian dijahit.
7. Dua Macam Studi dalam Merencanakan Kostum
1. Srudi atas kehidupan atau watak yang akan dibawakan oleh peranan.
2. Usaha riset atau periode sejarah dan pakaian nasional peranan yang
dibawakan.


BAB 13
TATA RIAS
1. Pengertian-pengertian Dasar
Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan
wajah peranan. Terwujudnya wajah harus dipandang dari titik lihat 4M, maka dua
hal dua hal yang harus diperhatikan dalam tat arias pentas adalah : lighting, jarak
antara M3 dan M4.
Tugas rias adalah memberika bantuan dengan jalan memberikan dandanan atau
perubahan-perubahan pada para pemain hingga terbentuk dunia panggung dengan
suasana yang kena dan wajar.
Kegunaan rias dalam seni teater :
1. Merias tubuh manusia artinya mengubah yang alamiah (nature) menjadi
yang budaya (culture) dengan prinsip mendapatkan daya guna yang tepat.
2. Mengatasi efek tata lampu yang kuat.
3. Membuat wajah dan kepala sesuai dengan peranan yang dikehendaki.
Masalah keindahan
Keindahan adalah sifat yang trasendental. Trasedental berdasarkan kerohanian,
mengatasi yang duniawi, dan merupakan sifat yang melekat pada segala sesuatu
yang ada, baik pada Tuhan maupun pada makhluk. Keindahan itu trasenden, tidak
Nampak bagi pancaindera. Keindahan yang ditangkap manusia adalah keindahan
estetis yang sebagian besar dipengaruhi oleh kejasmanian kita.
Titik tolak pemikiran tat arias :
1. Melihat dengan jelas apa yang dikemukakan untuk suatu peranan tertentu.
2. Kepribadian pemain, yaitu jenisnya, bangsanya, wataknya, usianya.
3. Dalam hubungan dengan keseluruhan pertunjukan harus diperhatikan
hakiki dramanya.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan demi suksesnya make-up :
1. Rata dan halusnya base.
2. Kesamaan foundation.
3. Penggunaan garis-garis yang layak.
4. Harmoni anatara sinar dan bayang-bayangan.
5. Blending, gunanya ialah agar campuran bahan-bahan pada wajah terwujud
sempurna.
2. Bahan-bahan Make-up Teater
1. Base : yang termasuk base adalah codcream (netral).
2. Foundation : ada dua macam yaitu, stick dan pasta. Gunanya untuk
menutup ketidakrataan pada kulit.
3. Lines : gunanya untuk memberikan batas anatomi muka. Macamnya :
eyebrow pencil, eyelash, lipstick, highlight dan shadow, eyeshadow.
4. Rouge : mengidupkan bagian pipi dekat mata, tulang pipi, dagu, kelopak
mata antara hidung dan mata.
5. Cleansing : cairan untuk menghilangkan segala make-up.
3. Proses Make-up
Sebelum memulai pekerjaan rias, seniman rias harus mempelajari dengan
mendalam isi cerita, kemudian mandalami satu per satu tiap persona yang akan
main.
Kerja make-upnya sendiri :
1. Mempersiapkan muka, membersihkannya sebelum memakai alat-alat
make-up.
2. Member warna dasar/foundation.
3. Penggunaan rouge untuk memberikan warna tiga dimensi pada pipi.
4. Lining/pemberian garis-garis sesuai dengan watak dan usia peranan.
Anatomi wajah ada tiga bagian : alis, mata, bibir.
5. Menyusun dan membentuk hairdo.
4. Teori dan Teknik Rias
Rias dapat dibedakan atas delapan macam :
1. Rias jenis.
2. Rias bangsa.
3. Rias usia.
4. Rias tokoh.
5. Rias watak.
6. Rias temporal.
7. Rias aksen.
8. Rias lokal.
Tinjauan secara teknis :
1. Ssraight make-up mewujudkan peranan asli si pelaku.
2. Character make-up melukis dan mengerjakan wajah sesuai dengan
peranan.
Klasifikasi rias :
1. Rias sehari-hari.
2. Rias teater.
3. Rias untuk fotografi.
4. Rias untuk film dan Tv


BAB 14
TATA RIAS
1. Tujuan
a. Menerangi dan menyinari pentas dan aktor.
- Menerangi adalah cara menggunakan lampu sekedar untuk member
terang, melenyapkan gelap.
- Menyinari adalah cara penggunaan lampu untuk membuat bagian-bagian
pentas sesuai dengan keadaan dramatik.
b. Mengingatkan efek lighting alamiah.
c. Membantu melukis dekor/ scenery dalam menambah nilai warna sehingga
tercapai adanya sinar dan bayangan.
d. Membantu permainan lakon dalam melambangkan maksudnya dan
memperkuat penjiwaan.
2. Problem Stage Lighting
a. Problem fisikal dan mekanis
b. Problem artistik.
3. Alat-Alat Tata Sinar
a. Strip Light
Ada dua sistem striplight :
1. open system.
2. Compartment system.
Ada macam striplight :
1. Footlight :diletakkan di batas depan pentas, dibawah.
2. Borderlight : diletakkan diatas, digantungkan di belakang border-border.
b. Spotlight
Adalah sumber sinar yang dengan intensif memberikan sinar kepada saru titik
atau bidang tertentu.
c. Floodlight
Adalah lampu yang mempunyai kekuatan yang besar tanpa lensa.
4. Tiga macam Lampu dalam Masalah Penerangan
a. Lampu primer : adalah sumber sinar yang langsung menuju benda atau
daerah yang ingin kita sinari.
b. Lampu sekunder : sinar yang menetralisasi bayangan itu.
c. Lampu untuk latar belakang : lampu khusus untuk menerangi cyclorama.
5. Kontrol atas Sinar
Ada enam kategori dalam pengontrolan sinar :
1. Pengontrolan atas hidup dan matinya lampu.
2. Pengontrolan atas penyuraman lampu.
3. Pengontrolan atas arah lampu/sinar.
4. Pengontrolan atas besar sinar spotlight.
5. Pengontrolan atas bentuk sinar spotlight.
6. Pengontrolan atas warna sinar.
6. Pertimbangan Perencanaan Lighting yang Terakhir
Ada empat problem :
1. Apakah tujuan perencanaan lighting sudah tercapai?
2. Apakah lighting tersebut berasal dari sumber yang logis?
3. Apakah sudah dicapai keseimbangan antara gelap dan terang?
4. Dapatkah segala macam perubahan lighting tercapai?
7. Lighting Plot
Adalah diagram pengaturan panggung yang memperlihatkan posisi semua sinar.
Lighting cues adalah tanda-tanda, petunjuk-petunjuk untuk menghidupkan dan
mematikan lampu.
8. Sejarah Perkembangan Tata Lampu
1. Sinar alam adalah matahari. Dahulu orang main drama pada siang hari.
2. Pada zaman Shakespear orang mulai main di ruang tertutup. Artificial
lighting berkembang dengan menggunakan banyak lilin.
3. Masa penggunaan minyak tanah dan gas.


BAB 15
TATA BUNYI
1. Tentang Istilah
Dibawah ini dikemukakan beberapa istilah dalam bahasa, yaitu :
- Bunyi = sound
- Suara = voice
- Derau = noise
- Nada = tone
- Dengung = hume
Suara adalah bunyi yang berasal dari makhluk hidup, seperti manusia dan
binatang. Suara orang adalah media manusia untuk mengekspresikan bahasa agar
dapat dipahami orang lain. Untuk member petunjuk praktis atas suasana hati
manusia seperti marah, riang, susah dan sebagainya, maka kita mengartikan istilah
dibawah ini :
Texture : kualitas suara yang dapat dirasakan senang, kasar, lancar, dan
sebagainya.
Intonation : tinggi-tengahnya suara pada saat berbicara.
Stress : tekanan suara pada kata-kata yang penting.
Mood : perasaan suara yang menggambarkan keadaan girang, susah, marah, dan
sebagainya.
Pacing : pengucapan beberapa kata lebih cepat atau lebih lambat dan kata-kata
yang lain.
Accent : tekanan pada suatu bagian kata atau suku kata.
Apabila kita bertugas mengiringi sebuah lakon, kita harus memperhatikan tiga
masalah yang merupakan bahan-bahan yang harus digarap :
dialog → efek bunyi → music
2. Efek Bunyi
Contoh beberapa efek bunyi :
a. Bunyi pintu.
b. Bunyi jam.
c. Bunyi halilintar.
d. Bunyi tembakan.
e. Bunyi kapal terbang
f. Bunyi kebakaran dan hujan.
3. Musik
Musik mempunyai peranan dalam teater. Dengan adanya musik penonton akan
bertambah daya dan pengaruh imajinasinya. Musik yang baik dan tepat bias
membantu aktor membawakan warna dan emosi peranannya dalam adegan.
Musik juga dapat dipakai secabagai awal dan penutup adegan.
4. Akuistik Ruangan
Ruang teater yang baik adalah yang dibangun sedemikian rupa sehingga bunyi
yang timbul di pentas bias dengan mudah terdengar di segala tempat penonton.
Tugas arsitek adalah mengusahakan adanya jaminan keseimbangan kemampuan
dengar (audibility) dari pertunjukan, sementara itu juga melindungi penonton dari
bunyi-bunyi yang tidak diinginkan kehadirannya (noise), seperti suara kendaraan
bermotor, kipas angin, bunyi bel telepon, dan lain-lain.
5. Keseimbangan bunyi
Yang dimaksud dengan keseimbangan bunyi adalah teraturnya beraneka bunyi
yang ditimbulkan dalam suatu lakon teater sehingga tidak akan merupakan suatu
gangguan dari macam bunyi yang satu terhadap yang lainnya.
6. Terjadinya Bunyi
Sensasi bunyi terjadi apabila getaran sumber bunyi itu melewati udara yang turut
bergetar dan memproduksi getaran lebih lanjut ke telinga kita.
7. Gema atau Bunyi Pantulan
Ruangan yang diperlengkapi dengan bahan-bahan antigema, seperti gorden yang
tebal akan mengurangi bunyi gema karena bahan-bahan itu dapat menyerap bunyi.
Ruangan itu disebut “mati” jika ruangan itu tidak banyak menimbulkan gema dan
disebut “hidup” jika ruangan itu berdinding tembok, atau semen, atau bahan yang
keras sehingga menimbulkan gema.


BAB 16
ILMIAH TEATER
Untuk mengetahui gambaran tentang rusang lingkup pembahasan teater sebagai
ilmu, akan dikemukakan beberapa data mengenai tumbuh dan berkembangnya
eksistensi teater pada lembaga-lembaga pendidikan tertentu yang secara khusus
menggarapnya sebagai suatu bahan bidang studi :
1. Pengetahuan teater memilih teater dengan segala bentuk serta gejala yang
timbul sebagai objek studinya.
2. Seni teater adalah suatu bentuk seni yang terwujud dengan menggunakan
tubuh manusia sebagi salah satu bahannya.
3. Seni teater memperoleh dasar idenya atas kehendak menusiawi yang
berwujud permainan dan peniruan.
4. Empat faktor yang menentukan suatu pagelaran seni teater ialah :
a. Sebuah ketentuan yang bias digelarkan, sebuah ide, naskah.
b. Aktor.
c. Ruang perlakonan, pentas.
d. Penonton.
5. Teatralogi pembagian ilmiah aspek-aspek pergelaran teater sehubungan
denagn aktor- pentas- penonton. Bias juga digunakan metode teoritis- sistematis
dan historis, yaitu misalnya :
a. Menelaah asal teater,
b. Memperkembangkan arsitektur gedung pertunjukan,
c. Cara mekanisasi pentas,
d. Prestasi aktor dan sutradara,
e. Interpretasi naskah,
f. Masalah penonton,
g. Peranan pihak yang berkuasa (pemerintah),
h. Problem sosial-kultural.
6. Seni berperan bersifat transitoris (Lessing). Lakon terjadi selama waktu
terangkatnya tirai dengan (Hunningher). Nilai momen pergelaran lakon tidak
dapat terulang. Fakta tersebut adalah unik. Gejala ity merupakan lambang
kehidupan.
7. Seorang yang dengan tekunnya mempelajari dan menyelidiki teater adalh
juga seorang historikus.


BAB 17
KREATIVITAS
A. Seni Imitatif Dan Kreatif Dalam Seni Teater
1. Kreatif
Suatu pekerjaan kreatif adalh pekerjaan yang dilakukan sekali saja sehingga
mempunyai moment, artinya apabila kesenian sebagai suatu pekerjaan kreatif
telah diciptakan pada suatu ketika, kesenian tersebut tidak dapat diciptakan
kembali karena momennya sudah lain, situasinya sudah berubah pula karena
manusia hidup ditengah-tengah waktu dan keadaan yang sangat dinamis.syarat
supaya suatu pekerjaan mempunyai momen yaitu, orang yang menyalahkan daya
kreatif itu seluruh tindak-tanduknya adalah pancaran kepribadian yang sekuatkuatnya
dan tidak memperhitungkan keuntungan lain.
2. Perbedaan Antara Manusia Kreatif dan Manusia nonkreatif
Manusia kreatif itu tidak terlepas dari manusia nonkreatif. Seorang manusia
kreatif yang hanya mau duduk di menara gading sama halnya dengan pemimpin
yang berada jauh dari rakyat yang dipimpinnya. Hanya bedanya, tidak ada
manusia kreatif seperti itu, sebab seorang manusia kreaatif dalam arti yang
sebenarnya akan tetap tinggal di tengah-tengah public yang dipimpinnya.
3. Dua Aliran Akting
a. Aliran imitatif
b. Aliran kreatif
4. Reaksi Penonton
Penonton akan mengerti tentang gagasan-gagasan yang agung dan mendalam,
akan merasa ikut serta hidup dalam peristiwa-peristiwa yang dipertunjukan diatas
pentas hanya apabila gagasan itu mampu dijelaskan lewat emosi-emosi yang
segera dan vital dari aktornya.
5. Sistem Stanislavsky
Dalam periode permulaan dari risetnya itu dia tidak menarik garis pemisah yang
tajam antara teori, teknik professional seorang aktor, dan metode yang digunakan
oleh aktor dari aliran proses kreatif, yakni suatu proses untuk mempersiapkan
suatu peranandengan keesadaran yang sungguh-sungguh.
6. Teori dan Metode
Masalah metode adalah mutlak bagi teater. Teater adalah bentuk kolektif
kesenian. Untuk dapat mencapai hasil kerja yang artistik dan menyeluruh didalam
drama, produser, aktor-aktor, decorator, dan komponis berkedudukan
mendudukkan artistik individualitasnya terhadap tujuan umum produksi, dan
karenanya sangat penting untuk mempersatukan hasrat pekerja-pekerja teater
melalui metode tunggal.
7. Menghidupulangkan Peranan Pada Tiap Pertunjukan
Tugas aktor bukan untuk mengulangi hasil yang pernah dicapai, melainkan untuk
menghidupulangkan peranan pada tiap pertunjukan.
B. The Method
The method adalah sistem Robert O’Neil dalam mencari cara-cara berperan yang
wajar.
1. The Method
2. Improvisasi
3. Lawannya sistm Elian Kazan
4. Studi yang sungguh-sungguh
5. Orang-orang besar
C. Eksperimen Di Dalam Teater
1. Teater improvisasi
2. Teater eksperimental
3. Teater mini kata
4. Sikap mental untuk berpartisipasi


BAB 18
PENONTON
A. Alasan Orang Menonton
1. Hasrat dasar kemanusiaan
2. Kesamaan pendorong
3. Alasan lain pergi menonton
B. Apa Sebenarnya yang Disebut Penonton Itu?
Untuk menentukan corak penonton hendaklah dimengerti karakteristik dari
psikologi massa. Seorang sutradar harus memahami reaksi-reaksi massa,
memahami faktor-faktor psikologis yang mendorong kegiatan sesuatu massa.
1. Reaksi psikologis dari suatu massa
2. Faktor-faktor psikologis yang mempengaruh penonton teater
a. Polarisasi
b. Stimulus
c. Sikap sosial
d. Regimentation
C. Respons Penonton
1. Partisapsi dalam ilusi
a. Emphatic response
b. Emotional identification
2. Aristic detachment
3. Keseimbangan antara partisipasi dan detachment
D. Kehidupan Penonton yang Maju
Seniman yang baik memahami benar kehidupan masyarakatnya. Seniman itu
sendiri terbentuk dari lingkungannya dengan segala seluk-beluk kehidupan dan
masalahnya. Penonton yang maju akan tetap mengharap agar seni didekatkan
kepada masyarakat.


BAB 19
USAHA TEATER
1. Organisasi yang Tetap
Organisasi yang memproduksi seni pertunjukan teater merupakan suatu gejala
dalam suatu proses efisiensi di bidang sosial dan ekonomi. Proses ini akan
menjadi mudah jika terdapat suatu organisasi yang tetap.
Ditinjau dari kedudukan sosial kegiatan-kegiatan itu sendiri, maka dapatlah
dijumpai jenis teater sebagai berikut :
1. Teater lembaga pendidikan,
2. Teater masyarakat.
Para penanggung jawab petugas pelaksanya antara lain :
1. Kepala eksekutif,
2. Bendahara,
3. Sekretaris, property caretaker( pemelihara property)
Panitia Eksekutif
Dalam organisasi professional, kedudukan board or directors sangat penting
artinya, baik dalam memberikan ide-ide artistik, komersial, maupun teknis. Ada
satu prinsip penting yang harus diingat, yaitu bahwa keanggotaan sebuah teater itu
tidak hanya terdiri atas aktor saja karena harus disediakan tempat buat setiap
peminat teater.
2. Organisasi Staf
Dalam prakteknya terdapat tiga petugas pokok yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan, yaitu :
1. Director yang harus menentukan casting dan memilih aktor,
2. Designer yang harus menyiapkan stage, adalah petugas yang mengambil
segala unsure visual dari produksi.
3. Manajer yang harus menarik perhatian calon penonton dan bertanggung
jawab akan segi-segi komersialnya.
Stage manajer adalah pimpinan dan asisten director yang terpenting. Pada waktu
latihan dia mengontrol calling dan director atas instruksi director.
Stage carpenter, tugasnya ialah menerima scenery dari studio untuk dibangun
diatas pentas.
Electrician, orang yang menguasai lighting, memenuhi ide director dan designer,
kemudian bertanggung jawab akan keselamatan lighting pada waktu pertunjukan
berlangsung.
Bussines manajer, dia harus mendapatkan penonton yang sebanyak-banyaknya
melalui advertensi dan publisistas.
3. Bussines Department
Business department ini biasanya dipimpin oleh seorang manager. Asistennya
adalah :
1. Box office atau treasurer, bertanggung jawab atas penjualan karcis dan
keuangan.
2. Advertising manager atau press representative, berusaha menarik
perhatian publik sedapat mungkin melalui media pers dan advertensi untuk
kepentingan produksi mereka.
3. House manager bertanggung jawab mengontrol penonton pada saat
pertunjukan berlangsung.


BAB 20
HAK CIPTA
A. Pengertian Hak Cipta
Sebelum kongres Kebudayaan ke-2 yang diadakan di Bandung dalam bulan
Oktober 1951. Istilah yang lazim dipakai ialah “hak pengarang”. Namun istilah ini
seolah-olah yang dicakup hanyalah hak dari pengarang saja, yang ada sangkut
pautnya dengan karaang-mengarang. Oleh karena yang dimaksudkan itu bukanlah
khusus yang mengenai karang-mengarang saja, maka rapat seksi hak pengarang
menjadi “hak cipta”.
Akhir-akhir ini ada juga keinginan mengubah istilah hak cipta dengan hak karya,
yaitu suatu hak yang menjamin dan melindungi hasil-hasil karya seseorang dalam
lapangan kesusastraan, pengeetahuan dan kesenian.
B. Pencipta
Pencipta ialah orang yang dinyatakan demikian pada atau dalam ciptaan itu atau
jika pernyataan semacam itu tidak ada orang yang ketika ciptaannya diumumkan
dinyatakan sebagai pencpta oleh yang mengumumkan.
Apabila penciptanya tidak disebut penerbit dan pencetakannya juga tidak, maka
atas hasil karya semacam itu tidak ada hak cipta. Setiap orang dapat menyalinnya,
memperbanyaknya, mengumumkannya dan sebagainya.
Jika suatu ciptaan diselesaikan menurut rancangan dan dibawak pimpinan serta
pengawasan seseorang, maka dialah yang dianggap sebagai pencipta ciptaan
tersebut.
C. Penyerahan/ Pemindahan hak Cipta
Hak cipta itu oleh UUT 1912 dianggap sebagai barang bergerak. Hak itu dapat
diserahkan seluruhnya atau sebagian kepada orang atau badan lain. Penyerahan itu
sesuai dengan sistem hukum yang berlaku di Indonesia.
Jika hak cipta diserahkan kepada orrang lain untuk sebagian, maka mengenai
bagian yang diserahkan itu pencipta tidak ada lagi haknya.
Pemindahan hak cipta terdiri atas dua bagian :
1. Transferrable rights, yaiut hak yang dapat diserahkan atau dipindahkan.
2. Non-transferrable rights, yaitu hak yang tidak dapat diserahkan.
D. Hal Mengumpulkan dan Memperbanyak Hasil Karya
UUT 1912 pasal 13 mengemukakan, yang dimaksud dengan memperbanyak suatu
ciptaan kesusastraan, pengetahuan dan kesenian ialah juga terjemahan
penyusunan musik, atau saduran sandiwara dan pada umumnya.
UUT 1912 pasal 14 mengemukakan, yang dimaksud dengan memperbanyak suatu
ciptaan yang dapat dikecap dengan pendengaran ialah pembuatan rol-rol.
E. Lamanya Hak Cipta
Lamanya hak cipta diatur dalam pasal 37 s/d pasal 42. Hak cipta berakhir setelah
lewat 50 tahun, dihitung mulai dari meninggalnya pencipta ciptaan itu. Dalam
menentukan lamanya hak cipta itu haruslah diperhatikan imbangan antara
kepentingan si pencipta beserta tanggungannya di satu pihak dan kepentingan
masyarakat umum di pihak lain.
F. Pelanggaran Hak Cipta
Tentang pelanggaran hak cipta dalam UUT 1912 yang mengaturnya adalah Bab II
mulai pasal 26 s/d pasal 36. Dalam pasal 33 dinyatakan bahwa pelanggran hak
cipta ini tidak akan dituntut, kecuali atas pengaduan.
Jaminan terhadap hak cipta, pokoknya terletak di tangan pencipta itu sendiri.


BAB 21
TEATER DAERAH
1. Teater Barat dan Teater Timur
Definisi John E. Dietrich ini adalah gambaran dari dominasi bahasa percakapan di
dalam teater Barat : drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog
yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di
hadapan penonton. Sejak zaman Reinassance kita dibiasakan dengan teater yang
benar-benar naratif dan deskriptif, dan penonton tidak lagi disuguhi sesuatu yang
berbeda dari hal-hal tersebut. Berbeda dengan kecenderungan psikologi teater
Barat, maka teater Timur mempunyai kecenderungan metafisik. Pada teater Timur
terdapat bahasa yang tersusun oleh gesture, sikap dan indikasi-indikasi yang
ditinjau dari laku pemikiran memiliki nilai yang lebih luas dan tinggi daripada
hal-hal lain. Dan karena itu pula teater Timur memiliki kekuatan magis yang
sekaligus mempengaruhi rasa dan jiwa.
2. Teater Daerah Jawa
1. Teater Ketoprak
Dalam peninjauan lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang menemukan suatu
pergelaran seni teater ide Barat, yaitu faktor bahan cerita, aktor, pentas dan
penonton, akan kelihatan nanti bahwa proses akulturasi itu dialami oleh teater
ketoprak.
2. Ciri-ciri Teater Ketoprak
a. Ketoprak menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar dalam
dialog.
b. Cerita tidak terikat pada salah satu pakem, tetapi ada tiga kategori
pembelajaran jenis yaitu : cerita tradisional. Cerita babad, dan cerita masa kini.
c. Musik pengiringnya adalah gamelan Jawa, baik pelog maupun slendro.
d. Seluruh cerita dibagi-bagi dalam babak besar dan kecil.
e. Dalam cerita ketoprak selalu ada peranan dagelan yang mengikuti tokohtokoh
protagonist maupun antagonis,
3. Kemajuan-kemajuan yang sedang dalam proses
Teater ketoprak tidak luput pula mengalami proses pembaruan. Hal ini bisa dilihat
a. Nyanyian tembang
b. Bahasa
c. Musik pengiring
d. Tarian
e. Dagelan
f. Monolog
g. Akrobatik
h. Akting
3. Teater Daerah Bali
1. Unsur religi dan tari
Teater dalam bentuknya yang pertama secara serempak memuat unsur tari, musik
dan lain-lainnya yang masih murni dan sederhana, demikian pula wujud teater
daerah Bali. Teater Balai terdiri atas tari, nyanyian, musik, pantomim dan sedikit
unsur-unsur teater Barat. Dalam kealiannya disajaikan kombinasi dari segala
unsur dalam suatu persepektif khayalan an kekuatan.
2. Teater murni
Pada teater ini segala kreasi datang dari atas pentas dan menemukan ekspresi serta
asalnya dalam impuls psikis yang tersembunyi, yang menyapa sebelum kata-kata.
3. Teater masa kini
Bertitik tolak dari penemuannya pada teater Bali. Antonin Artaut dalam sebuah
artikel yang dikumpulkan dalam sebuah artikel berjudul The Theatre and its
Double memproklamasikan keterbatasan teater Barat dari dominasi kesusastraan
dan sastrawan selanjutnya.

---------------------------------------------------------------------------------------------
DOWNLOAD Resume Buku "Dramaturgi" Karya Harymawan:





Semoga artikel Resume Buku "Dramaturgi" Karya Harymawan bermanfaat

Salam hangat Resume Buku "Dramaturgi" Karya Harymawan, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Sifat ramalan kali ini.

Baca juga artikel berikut


Resume Buku "Dramaturgi" Karya Harymawan

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Resume Buku "Dramaturgi" Karya Harymawan"

Posting Komentar