BAB VII
Kajian Linguistik dan Karya Sastra
Pada mulanya stilistika tidak dimaksudkan sebagai studi gaya sastra melainkan unuk studi bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi tujuan hidup. Menurut Bally, stlistika adalah studi tentang efek-efek ekspresif dan mekanisme dalam semua bahasa ‘la langue de tout le monde’.
Kajian Linguistik dan Karya Sastra
Pada mulanya stilistika tidak dimaksudkan sebagai studi gaya sastra melainkan unuk studi bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi tujuan hidup. Menurut Bally, stlistika adalah studi tentang efek-efek ekspresif dan mekanisme dalam semua bahasa ‘la langue de tout le monde’.
Karya sastra sebagai wacana bukan semata-mata menyangkut konvensi bahasa, melainkan juga menyangkut konvensi sastra dan konvensi budaya. Itu berarti, bahwa untuk menganalisis karya sastra, kajian linguistik saja tidaklah cukup.
Pentingnya kajian linguistik dalam karya sastra dikemukakan oleh Culler (1975: 55), bahwa tugas kajian linguistik adalah memberikan bantuan dalam analisis sastra dengan memaparkan perlengkapan bahasa yang dimanfaatkan di dalam teks sastra dan diorganisasikan oleh pengarang.
Pentingnya kajian linguistik dalam karya sastra dikemukakan oleh Culler (1975: 55), bahwa tugas kajian linguistik adalah memberikan bantuan dalam analisis sastra dengan memaparkan perlengkapan bahasa yang dimanfaatkan di dalam teks sastra dan diorganisasikan oleh pengarang.
Aminuddin (1995: 14) menegaskan bahwa bahasa dalam karya sastra semestinya mengandung kebaruan dan kekhasan karena hal itu dapat mencerminkan orisinalitas ciptaan, keunikan, dan individualnya. Aminuddin kemudian menyatakan bahwa penggunaan bahasa yang baru dan khas itu mencakup antara lain: (1) kesatuan bentuk (kohesi), (2) kesatuan semantik (koherensi), (3) keselarasan bentuk dan isi (harmoni), (4) kebaruan dan kekhasan (individuasi), dan (5) kejernihan dan kedalaman tujuan yang berkaitan dengan intensitas bahasa.
Kajian linguistik dalam karya sastra harus diposisikan secara wajar dan proposional. Hal itu mengingat pemakaian bahasa dalam karya sastra tidak sama dengan pemakaian bahasa dalam buku ilmiah, majalah dan surat kabar, iklan, perundang-undangan, serta pidato kenegaraan. Karya sastra memiliki keunikan tersendiri sebagai sebuah wacana sastra yang diungkapkan dengan medium bahasa.
Kajian linguistik dalam karya sastra harus diposisikan secara wajar dan proposional. Hal itu mengingat pemakaian bahasa dalam karya sastra tidak sama dengan pemakaian bahasa dalam buku ilmiah, majalah dan surat kabar, iklan, perundang-undangan, serta pidato kenegaraan. Karya sastra memiliki keunikan tersendiri sebagai sebuah wacana sastra yang diungkapkan dengan medium bahasa.
Dalam penelitian stilistika karya sastra, konvensi sastra tidak dapat diabaikan. Kode sastra berkenaan dengan hakikat dan fungsi sastra, karakteristik sastra, kebenaran sastra sebagai kebenaran imajinatif, sastra sebagai semiatif, sastra sebagai dokumen sosial budaya, pemakaian simile, metafora dan majas-majas tertentu.
Referensi:
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Surakarta: Cakra Books Solo
Referensi:
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Surakarta: Cakra Books Solo
Semoga artikel Kajian Linguistik dan Karya Sastra (Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa Bab 7) bermanfaat
Salam hangat Kajian Linguistik dan Karya Sastra (Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa Bab 7), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Sifat ramalan kali ini.
0 Response to "Kajian Linguistik dan Karya Sastra (Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa Bab 7)"
Posting Komentar