Secara etimologis paradigm berasal dari bahasa Latin (paradigma), bararti contoh, model, pola. Prinsip-prinsip paradigma dikembangkan oleh Thomas Kuhn dalam buku berjudul The Structure of Scientific Revolution terbit pertama tahun 1962. Menurut Ritzer (1980:2-24) paradigma, yaitu konsep-konsep dasar Kuhn itu sendiri, dibicarakan secara luas dalam barbagai ilmu pengetahuan sejak tahun 1970-an, dengan sendirinya dengan pokok permasalahan yang berbeda-beda, sesuai dengan disiplin yang bersangkutan. Inti permasalah yang dikemukankan oleh Kuhn adalah revolusi ilmiah dalam dunia ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terjadi secara kumulatif, melainkan secara evolusionis sejak preparadigmatis, paradigmatic itu sendiri, dan proses pengujian melalui kritik dan saran, yang diakibatkan oleh timbulnya paradigma-paradigma lain sebagai tandingan. Adanya perbedaan paradigma oleh para ilmuwan, disebabkan oleh:
- Unsur dalam diri sendiri.
- Unsur luar berupa llingkungan fisik.
- Unsur luar berupa penjelajahan metodologi dan teori.
Menurut Ritzer (1980: 2-24), ada empat factor yang mempengaruhi metode kualitatif:
- Faktor ontologism, keberadaan objek, yang dengan sendirinya berbeda di antara masing-masing ilmuwan.
- Faktor epistemologis, bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan. Secara kualitataif, jarak antara subjek dengan objek dipersempit, bahkan seolah-olah tidak ada jarak.
- Faktor aksiologis, peneltian adalah penilaian, berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bebas nilai.
- Faktor metodologi, keseluruhan proses penelitian, termasuk metode, teori, dan teknik.
Keterlibatan berbagai disiplin dengan berbagai paradigma memiliki segi positif, dengan pertimbangan sebagai berikut:
- Multiparadigma membuak cakrawala yang lebih luas, cara pemahaman ternyata tidak bersifat tunggal, melainkan plural.
- Menghilangkan anggapan bahwa sebuah paradigma seperti juga sebuah teori, dapat menjawab semua permasalahan
- Menciptakan terjadinya saling menghargai pendapat, kelebihan, dan kekurangan orang lain.
- Keberagaman paradigma jelas mengevokasi keberagaman-keberagaman khazanah kultural.
- Pluralitas paradigma sesuai dengan semangat postrukturalisme, teori modern yang memberikan perhatian pada hakikat multicultural, dengan memberikan perhatian terhadap kearifan lokal.
-----------------------------------------------
Referensi:
Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Semoga artikel Paradigma Penelitian Sastra (Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra #2) bermanfaat
Salam hangat Paradigma Penelitian Sastra (Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra #2), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Sifat ramalan kali ini.
0 Response to "Paradigma Penelitian Sastra (Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra #2)"
Posting Komentar