A. Peranan Penelitian Sastra
Penelitian sastra memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehiduypan manusia, di samping juga berpenrgaruh positif terhadap pembinaan dan pengembangn sastra itu sendiri (Tutoli, 1990: 902). Peranan semacam ini nakan mencapi optimal apabila penelitian sastra tersebut dilakukan sunghguh-sungguh. Pencapaian sastra yang sekedar asl-asalan, hanya akan melahirkan sampah saja, dan mungkin justru merongrong eksistensi sastra itu sendiri.
Lebih khusus lagi, tujuan dan peranan penelitian sastra adalah nuntuk memahami makna karya sastra sedalam-dalamnya (Pradopo, 1990:942). Berarti penelitian sastra dapat berfungsi bagi kepentingan di luar sastra dan kemajuan sastra itu sendiri. Kepentingan di luar sastra, antara lain, jika penelitian tersebut berhubungan dengan aspek-aspek di luar sastra, seperti agama, filsafat, moral, dan sebagaqinya. Sedangkan kepentingan bagi sastra adalah untuk meningkatkan kualitas cipta sastra.
Peranan penelitian sastra bagi aspek di luar sastra dipengasruhi oleh kandungan sastra sebagai dokumen zaman. Di dalamnya, karya sastra akan menjadi saksi “sejarah” yang dapat mengembangkan ilmu lain begitu juga sebaliknya. Peranan semacam ini boleh dikatakan sebagai aspek pragmatika penelitian sastra. Hal ini akan membuka kerjasama yang baik antar disiplin ilmu, antara sastra dengan bidang lain. Lebih jauh lagi, penelitian sastra juga akan membantu penmgembangan teori sastra, penulisan sejarah sastra, dan meperluas apresiasi pembaca.
B. Penelitian Sastra Yang Kreatif
Penelitin sastra, akan mengikuti sistem berpikir ilmiah, menggunakan metode, teori, mlogis, analitis dan kreatif. Syarat kreatif ini, merupakan upaya interpretasi dan evaluasi teks sastra. Jika penelitian sastra masih sebatas kajian unsur-unsur belum dapat dikatakan kreatif, karena kerja semacam itu belum secara suntuk menggunakan intuisi dan wawasan yang tajam.
Kemampuan penelitian sastra yang kreatif, cukup penting karena karya sastra sendiri sebuah fenomena kreatif (Atmazakli, 1993: 114-115). Sebagai karya kreatif, tentu perlu ditanggapi secara kreatif pula. Penelitian sastra yang kreatif juga akan meninggalkan kejenuhan. Jika penelitian sastra hanya statis, mungkin sekali akan membosankan bagi peneliti dan pembaca hasil penelitian. Penelitian sastra yang tak kreatif, hanya kemungkinan akan melahirkan potongan-potongan dan komentar teks sastra.
C. Kemitraan Penelitian Sastra
Selama ini, diakui atau tidak, kemitraan penelitian sastra masih sangat lemah. Kemitraan antar lembaga penelitin dan individu masih sangat “tertutup” atau terbatas. Jika ada kemitraan, kemungkinan masih dalam komunitas kecil (intern) saja. Padahal sebenarnya penelitian sastra sangat terbuka kesempatan kerjasama dan interdisipliner, sehingga akan dihasilkan karya penelitian yang handal.
Kemitraan penelitian dalam lingkup kecil, biasanya lebih bersifat personal atau antar peneliti saja. Di antara peneliti dari dua atau lebih lembaga yang berbeda, yang ikhlas memang seringkali tukar-menukar hasil penelitian. Dengan cara barter hasil penelitian ini, diharapkan akan memberi wawasan baru penelitian sastra. Hal ini penting, kalau dilakukan secara rutin. Apalagi, kalau kemitraan personal itu terjadi dalam skrup wilayah jangkuan yang luas. Misalkan antar teman peneliti di luar propinsi atau kota, dan bahkan lebih hebat lagi antar negara. Paling tidak setiap peneliti akan sedikit tahu peerkembangan penelitian pada wilayah lain.
D. Diseminasi Penelitian Sastra
Tanpa diseminasi, hasil penelitian akan sia-sia. Penelitian sastra hanya akan tertumpuk di rak atau meja. Artinya, penelitian tersebut belum atau tidak memberikan sumbangan berharga bagi pertumbuhan sastra. Padahal dari aspek kuantitas, penelitian sastra di Indonesia jelas cukup melimpah. Di berbagai perguruan tinggi yang membuka jurusan sastra, telah menumpuk skripsi, tesis, disertasi, dan sejumlah penelitian sastra. Sayangnya, karena tak dikelola secara optimal, penyebaran karya penelitian tersebut ke berbagai wilayah yang mungkin ingin membaca, kurang terpercaya.
Kalau penelitian sendiri atau lembaga yang bersangkutan akan mengirimkan hasil penelitian ke berbagai instansi, masalahnya terletak pada keterbatasan dana. Hal ini jelas memerlukan perhatian para pemerhati sastra. Kalau skripsi dan tesis yang berkualitas dan menarik, mungkin akan sedikit menolong diseminasi penelitian sastra. Namun perlu diingat, penerbitan buku jelas mengutamakan tema-tema yang marketable, bukan aspek keilmiahan semata. Padahal hasil penelitian sastra kadang-kadang ada yang sangat teknis, memuat istilah-istilah kering, dan jargon-jargon penelitian yang mungkin kurang menarik bagi penerbit. Karenanya, hal ini membutuhkan kelihaian peneliti untuk menyiasati agar mampu menyajikan hasil penelitian ke dalam bentuk buku-buku yang enak dibaca.
-------------------------------------------------------------------
Referensi:
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Semoga artikel Manajemen Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #2) bermanfaat
Salam hangat Manajemen Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #2), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Sifat ramalan kali ini.
0 Response to "Manajemen Sastra (Metodologi Penelitian Sastra #2)"
Posting Komentar