Download Kajian Stilistika Puisi “Kata” Karya Subagio Sastrowardoyo : DOWNLOAD
Kata
Asal mula adalah kata
Jagat tersusun dari kata
Di balik itu hanya
ruang kosong dan angin pagi
Kita takut kepada momok karena kata
Kita cinta kepada bumi karena kata
Kita percaya kepada Tuhan karena kata
Nasib terperangkap dalam kata
Karena itu aku
bersembunyi di belakang kata
Dan menenggelamkan
diri tanpa sisa
(Daerah Perbatasan, 1982: 61)
Kajian stilistika puisi “Kata” bertujuan untuk mengetahui style ‘gaya bahasa’ yang digunakan oleh pengarang. Kajian stilistika dibagi dalam empat aspek yakni gaya bunyi, gaya kata (diksi), gaya kalimat, dan citraan.
1.Gaya Bunyi
Puisi “Kata” secara keseluruhan didominasi oleh adanya bunyi vokal /a/. Sedangkan bunyi konsonan yang dominan yaitu bunyi /k/ dan /t/. Hampir keseluruhan baris puisi ada asonansi a. Misalnya, pada baris pertama yaitu: asal mula adalah kata, pada baris kedua: Jagat tersusun dari kata, pada baris kedelapan: nasib terperangkap dalam kata. Baris kesembilan ada asonansi u yaitu pada kata itu dan aku. Adanya asonansi a pada hampir keseluruhan baris membuat puisi “Kata” mempunyai irama.
Aliterasi pada baris pertama dijumpai aliterasi l (asal, mula, adalah). Baris kedua ada aliterasi t (jagat, tersusun, kata). Baris keempat ada aliterasi ng (ruang, kosong, angin). Baris kelima ada aliterasi k dan t (kita, takut, kepada, momok, karena, kata). Baris keenam ada aliterasi k dan t, baris ketujuh ada aliterasi k dan t, baris kedelapan ada aliterasi k, baris kesepuluh ada aliterasi b, baris kesebelas ada aliterasi n.
Terdapat pengulangan rima awal dan akhir dalam puisi “Kata”. Rima awal dengan bunyi /k/ dan rima akhir dengan bunyi /a/. Rima awal /k/ terdapat pada baris keempat, sedangkan rima akhir /a/ terdapat pada baris 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, dan 12.
Penggunaan gaya bunyi dengan variasi dan rima pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan efoni yang indah dan mengesankan.
2.Gaya Kata (Diksi)
Kata-kata dalam puisi “Kata” secara denotatif mudah dipahami karena kata-kata yang digunakan adalah kata-kata biasa yang sering digunakan atau didengar orang. Apabila dibaca bersambung, bait-baitnya menyatu membentuk sebuah narasi. Dalam kesendiriannya, masing-masing kata mudah dipahami makna denotatifnya, namun secara keseluruhan narasi puisi tersebut susah untuk dipahami. Hal ini karena penggunaan kata dalam puisi tersebut tidak semata-mata mengandung makna denotatif.
Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk mengungkapkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna konotatif. Jadi, penggunaan kata konotatif dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Penggunaan kata konotatif juga untuk menciptakan efek estetis. Hampir keseluruhan puisi “Kata” menggunakan kata konotatif karena pembaca tidak dapat memahami makna puisi tersebut hanya dengan mengungkap makna denotatifnya.
Sesuai dengan judulnya, puisi tersebut banyak menggunakan kata kata. Penyair mengungkapkan gagasannya dengan “bermain-main” dengan kata kata. Dalam puisi tersebut terdapat tujuh kata kata. Tujuh kata kata tersebut terdapat dalam 7 bait dari 12 bait keseluruhan puisi.
Pemilihan kata oleh penyair dalam puisi “Kata” membuat bait-bait puisi itu terasa indah diucapkan. Misalnya pada bait 5, 6, dan 7.
Kita takut kepada momok karena kata
Kita cinta kepada bumi karena kata
Kita percaya kepada Tuhan karena kata
Dalam tiga bait tersebut ada empat pengulangan kata (repetisi), yaitu kita, kepada, karena, dan kata. Pengulangan kata tersebut membuat sebuah irama yang mengesankan. Juga ada kata takut yang dipertentangkan dengan kata cinta.
Dalam puisi “Kata” ada penggunaan kata dengan objek realitas alam meskipun tidak terlalu kentara. Penggunaan kata jagat dirasa sangat cocok dengan digunakannya kata ruang kosong karena gambaran dari kata jagat adalah sebuah ruang kosong yang luas tak terbatas. Penggunaan kata dengan objek realitas alam lainnya adalah angin pagi.
Pilihan kata (diksi) dalam puisi “Kata” mempunyai efek sedih, berat, tragis, dan keputusasaan. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata: ruang kosong, momok, terperangkap, bersembunyi, menenggelamkan, dan tanpa sisa. Dominasi bunyi konsonan k, p, t, s, dan vokal o, u menciptakan efek suasana kacau, tidak teratur, tidak menyenangkan, perasaan murung, sedih, gundah, dan kecewa.
Kesimpulan dari analisis gaya kata adalah puisi “Kata” selain menggunakan kata denotatif juga menggunakan kata konotatif untuk mengungkapkan gagasan dan untuk mencapai efek estetis. Penyair banyak menggunakan pengulangan kata juga penggunaan kata dengan objek realitas alam.
3.Gaya Kalimat
Salah satu ciri khusus puisi adalah pemadatan kalimat –meskipun tidak mutlak. Kepadatan kalimat dalam puisi “Kata” terlihat dari bait-baitnya yang dipandang dari sudut gramatikal merupakan kalimat yang tidak sempurna. Pemadatan kalimat dilakukan dengan menghilangkan kata-kata yang dianggap kurang penting dalam menyampaikan gagasan penyair. Pemadatan kalimat dalam empat bait pertama adalah sebagai berikut.
Asal mula (segala sesuatu) adalah kata
Jagat (juga) tersusun dari kata
(sedangkan) Di balik (jagat) itu hanya
(ada) ruang kosong dan angin pagi
.....................
Pemadatan kalimat tersebut dilakukan agar kalimat menjadi ringkas dan efektif serta dapat tercipta sebuah irama kata yang indah. Pembaca puisi dianggap sudah mengetahui atau minimal menduga-duga kata-kata yang dihilangkan dalam puisi sehingga kalimat menjadi padat. Pemadatan bait lainnya adalah sebagai berikut.
.....................
Kita takut kepada momok karena kata
Kita cinta kepada bumi (juga) karena kata
(dan) Kita percaya kepada Tuhan (juga) karena kata
(Bahkan) Nasib (pun) terperangkap dalam kata
(oleh) Karena itu aku
bersembunyi di belakang kata
Dan (aku) menenggelamkan
Diri(-ku sendiri) tanpa (ter-) sisa
Dapat disimpulkan bahwa puisi “Kata” terlihat kalimat-kalimat mengalami pemadatan. Pemadatan kalimat tersebut tidak mengganggu hubungan antarkalimat atau antarbait. Pemadatan kalimat tersebut dilakukan agar kalimat menjadi ringkas dan efektif serta bertujuan untuk mencapai efek estetis.
4.Citraan
Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Citraan dibuat dengan pemilihan kata (diksi). Jenis-jenis citraan antara lain: citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerakan, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan pencecapan, dan citraan intelektual.
Dalam puisi “Kata” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Citraan visual (penglihatan) terlihat pada bait kedua dan keempat yaitu jagat dan ruang kosong. Kata jagat membangkitkan imaji pembaca dengan membayangkan penglihatan sebuah alam semesta yang luas dengan segala isinya. Sedangkan kata ruang kosong membangkitkan imaji pembaca dengan membayangkan penglihatan sebuah ruang yang kosong. selain itu, citraan visual terdapat pada kata bumi.
Citraan perabaan terdapat pada bait keempat yaitu pada kata angin pagi. Secara tidak langsung kata angin pagi menimbulkan imaji rasa dingin. Kita mengetahui adanya angin pagi dengan indera perabaan yaitu kulit dengan merasakan hawa dingin.
Kesimpulannya adalah puisi “Kata” memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “Kata” memanfaatkan citraan visual (penglihatan) dan citraan perabaan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Surakarta: Cakra Books Solo
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rachmad Djoko. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sastrowardoyo, Subagio. 1982. Daerah Perbatasan. Jakarta: Balai Pustaka
-----------------------------------
Download Kajian Stilistika Puisi “Kata” Karya Subagio Sastrowardoyo : DOWNLOAD
Semoga artikel Kajian Stilistika Puisi “Kata” Karya Subagio Sastrowardoyo bermanfaat
Salam hangat Kajian Stilistika Puisi “Kata” Karya Subagio Sastrowardoyo, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Sifat ramalan kali ini.
0 Response to "Kajian Stilistika Puisi “Kata” Karya Subagio Sastrowardoyo"
Posting Komentar