A. Kegiatan Bertutur dan Retorika
1. Kegiatan Bertutur
Kegiatan bertutur itu pada dasarnya adalah kegiatan manusia membahasakan seesuatu. Sesuatu tersebut lebih lanjut disebut topik tutur. Ada dua jenis bentuk bahasa yang bisa dipakai orang untuk membahasakan topik tutur yaitu, bahasa lisan dan bahasa tulis.
2. Pemanfaatan Retorika
Pada dasarnya ada tiga bentuk cara untuk orang untuk memanfaatkan
retorika, yaitu:
- Secara Spontan atau Intuitif. Bentuk ini biasa dipakai dalam pembicaraan sehari-hari, atau salam situasi tidak resmi, dan ragam bahasa, ulasan, dan gaya tuturnya lebih bersifat spontan.
- Secara Tradisional Konvensional. Bentuk ini dipakai karena meniru orang-orang terdahulu, dan ditiru karena dianggap baik atau mungkin karena penuturnya merupakan tokoh idola.
- Secara Terencana. Bentuk retorika antara lain: ekposisi atau pemaparan, argumentasi, deskripsi atau pelukisan, narasi atau penceritaan, dan yang terpenting adalah persuasi atau peyakinan.
B. Pengertian Retorika
1. Istilah Retorik
Di tempat asalnya Yunani, istilah retorika ditulis ‘retoric’. Itulah sebabnya mengapa I Gusti Ngurah Oka (Bandung, 1976: 24) menulisnya ke dalam bahasa Indonesia ‘Retorik’.
2. Keragaman Pengertian Retorika
Pengertian retorika berdasarkan sejarah perkembangannya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Retorika Attic
Retorika adalah kecakapan berpidato di muka umum. Disebut retorika attic karena retorika ini populer di Semenanjung Attic, daerah Yunani.
b. Retorika Sofis
Menurut kelompok sofis, retorika adalah alat untuk memenangkan suatu kasus melalui kegiatan tutur. Prinsip-prinsip retorika yang diajarkan oleh kaum sofis antara lain:
- Seorang penutur harus pandai memanfaatkan argumentasi.
- Penutur harus cakap, terampil, dan fasih berbahasa.
- Penutur harus pandai memanfaatkan emosi penanggap tutur sebaikbaiknya.
- Penutur harus pandai membakar semangat penanggap tutur.
- Keseluruhan tindak, usaha, dan sarana dalam kegiatan bertutur harus diarahkan ke satu tujuan yaitu kemenangan.
c. Retorika Aristoteles atau Retorika Tradisional
Menurut Aristoteles, retorika adalah ilmu yang mengajar orang, keterampilan menemukan sarana persuasif yang objektif dari suatu kasus. Ada empat buah fungsi dasar retorika Aristoteles:
- Memadu orang mengambil keputusan dalam menghadapi berbagai kemungkinan pemecahan suatu kasus.
- Membimbing orang memahami kondisi kejiwaan penanggap tutur.
- Membimbing orang menganalisis suatu kasus secara sistematis objektif untuk menemukan sarana persuasi yang efektif, untuk meyakinkan penanggap tutur.
- Mengajarkan orang cara-cara yang efektif untuk mempertahankan gagasan hasil penganalisisan kasus tersebut.
Tujuan retorika Aristoteles, untuk meyakinkan penanggap tutur akan
kebenaran kasus yang terkandung di dalam topik tutur. Sejalan dengan fungsi dan tujuannya, metode yang digunakan adalah metode ilmiah, yaitu metode yang mengajarkan pendekatan masalah dari dua segi yaitu segi dalam (internal), dan segi luar (eksternal).
d. Retorika Modern
Jika retorika tradisional bertujuan mempersuasi pihak lain, maka retorika modern tidak bisa menerima persuasi itu sebagai tujuan akhir retorika. Tujuan retorika modern adalah membina kerja sama, saling pengertian, dan kedamaian antarmanusia. Dalam bentuk ini retorika adalah ilmu yang mengajarkan orang menggarap masalah tutur secara heuristik untuk membina saling pengertian dan kerja sama.
3. Penyempitan dan Penyimpangan Pengertian Retorika
Adapun yang dimaksud dengan penyempitan dan penyimpangan pengertian retorika antara lain:
- penyamaan retorika dengan pengkajian sastra,
- retorika sebagai gaya bahasa (stilistika) dan gaya bertutur,
- retorika dipandang sebagai pedoman karang mengarang, dan
- retorika sebagai kecakapan bersilat lidah.
4. Pengertian Dasar Retorika
Pokok-pokok pengertian dasar retorika adalah:
- Retorika adalah salah satu cabang ilmu yang mandiri.
- Rujuan retorika modern adalah membina berkembangnya saling pengertian, kerja sama, dan kedamaian bagi manusia dalam hidup bermasyarakat.
- fungsi retorika memberikan bimbingan kepada penutur untuk mempersiapkan, menata, dan menampilkan tuturnya, sebagai tahap-tahap yang harus dilalui dalam proses kegiatan bertutur.
“Retorika adalah ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha yang efektif dalam persiapan, penataan, dan penampilan tutur untuk membina saling pengertian dan kerja sama serta kedamaian dalam kehidupan
masyarakat”.
1. Strategi Retorika dan Gambaran tentang Manusia
Carl Rogers, seorang psikoterapis mengemukakan pandangannya tentang manusia bahwa tiap-tiap manusia mempunyai tujuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ia memandang manusia atas dasar dugaan bahwa manusia harus memegang teguh keyakinannya, dan tentang dunia macam apakah yang disukainya.
2. Kebutuhan Retorika Modern
Menguasai retorika itu sangat penting, bukan hanya menguasai teori tentang retorika dan bagaimana seorang itu berkomunikasi, tetapi menguasai proses komunikasi itu sendiri. Sebagai suatu proses, retorika bermula dengan dorongan niat manusia untuk berkomunikasi berbagai pengalaman dengan orang lain.
Referensi: Satoto, Soediro. 1995. Stilistika. Surakarta: STSI Press
Semoga artikel Retorika (Stilistika Bag. 2) bermanfaat
Salam hangat Retorika (Stilistika Bag. 2), mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Sifat ramalan kali ini.
0 Response to "Retorika (Stilistika Bag. 2)"
Posting Komentar