Analisis Gramatikal Wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010

Analisis Gramatikal Wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010 - Sahabat Pembaca sifat ramalan yang budiman, ulasan berikut yang berhubungan dengan Analisis Gramatikal Wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010, semoga dapat menambah khasanah wawasan anda dan sekiranya dapat bermanfaat, jika da sesuatu hal yang kurang berkenan ayau ada kesalahan dan pesan silahkan untuk comentar di bawah yang berhubungan dengan Analisis Gramatikal Wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010, kami sangat bertrimakasih sekali dan semoga menjadi manfaat

 





Bangsa indonesia patut berbangga atas penghargaan yang diberikan UNESCO terhadap kekayaan budaya, yaitu wayang kulit, keris, dan batik. United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan merupakan lembaga di bawah otoritas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Ditambah lagi satu penghargaan berupa sertifikat Best Practices untuk upaya pelestarian warisan budaya tak benda melalui pelatihan batik. Keempat sertifikat tersebut diserahkan oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono untuk kemudian diserahkan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik di Kantor Kementerian Kesra di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta.

Dalam acara penyerahan sertifikat tersebut juga hadir Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu; Ketua Harian Indonesia untuk UNESCO, Arif Rahman; dan perwakilan Menteri Pendidikan Nasional. (www.suaramerdeka.com)

Pemerintah melalui Kementerian Kesra akan membentuk Kelompok Kerja Warisan Dunia untuk menangani situs warisan dunia dan mata budaya tak benda. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata memerintahkan agar seluruh rumah, gedung pemerintah maupun non pemerintah, hotel, dan kedutaan dihiasi ornamen batik, keris, dan wayang Indonesia. Perintah tersebut dimaksudkan demi mendorong pelestarian tiga warisan budaya yang sudah diakui dunia itu. Dikatakan Jero, salah satu upaya efektif dalam melestarikan ketiga warisan budaya tersebut adalah dengan sering memakai atau menggunakan ketiga warisan budaya. (www.suaramerdeka.com)

Dengan pemberian sertifikat Best Practices, Indonesia akan memperoleh proyek elaborasi dari UNESCO untuk persiapan buku, film dan bahan pameran. UNESCO juga akan mengajak Indonesia road show keliling Indonesia untuk memperkenalkan batik. Pada 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik sebagai warisan budaya tak benda. Pada 25 September 2005, UNESCO mengukuhkan keris Indonesia sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia. Pada 7 November 2003 UNESCO juga memberikan pengakuan serupa pada wayang. (www.detik.com)

Pada acara penyerahan sertifikat tersebut Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa memberikan kata sambutan. Hal ini sebagai simbolis penyerahan seritifikat tersebut dari Kementerian Luar Negeri RI kepada kepada Menko Kesra Agung Laksono yang diteruskan ke Menbudpar Jero Wacik.

Tulisan ini berusaha menganalisis Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010 dari aspek gramatikal.
Dalam sebuah wacana diperlukan kesatuan unsur-unsurnya dan kepaduan maknanya agar wacana tersebut menjadi kohesif dan koheren. Penanda kesatuan unsur dan kepaduan makna tersebut adalah aspek gramatikal dan aspek leksikal. Analisis aspek gramatikal dan aspek leksikal dipelukan untuk mengetahui kadar kesatuan dan kepaduan sebuah wacana.


Analisis Gramatikal Wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010


Analisis wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010 dari aspek gramatikal meliputi: (1) pengacuan (referensi), (2) penyulihan (subtitusi), (3) pelesapan (ellipsis), dan (4) perangkaian (konjungsi).

1. Referensi (Pengacuan)
Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Pengacuan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif. (Sumarlam, 2008: 23-24)

Berikut ini analisis penanda referensi terhadap Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010.

a. Pengacuan Persona
Pengacuan persona dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengacuan persona pertama, kedua, dan ketiga, baik yang tunggal maupun jamak.

1) Pengacuan Persona Pertama
Pengacuan persona pertama tunggal tidak ditemukan dalam wacana.
Pengacuan persona pertama jamak ditemukan dalam wacana dengan ditandai pronomina persona kami dan kita. Pronomina persona kami ditemukan sebanyak 4 buah yaitu pada data: (D/4), (D/8), (E/8), dan (F/2) berikut ini.

  • (1) Upaya bersama ini merupakan cerminan dari apa yang sering kami sebut sebagai ”total diplomacy” di bidang kebudayaan. (D/4) 
  • (2) Karenanya, kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada semua pihak yang, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah memberikan sumbangsih bagi pelestarian, pembinaan dan pengembangan kekayaan budaya bangsa. (D/8) 
  • (3) Kami, di Kementerian Luar Negeri, akan terus memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan dan khasanah budaya Indonesia di mata dunia, termasuk mengupayakan masuknya produk-produk budaya Indonesia lainnya ke dalam daftar warisan budaya dunia.
  • (4) Karenanya, dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim, pada hari ini, merupakan kebanggaan dan kehormatan tersendiri bagi kami untuk dapat secara resmi menyerahkan keempat sertifikat UNESCO ini kepada Bapak Menko Kesra. (F/2)
Pronomina persona kami pada data (1), (2), (3) dan (4) mengacu pada penutur yaitu Menteri Luar Negeri, Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, M.Phil, B.Se yang mewakili Kementerian Luar Negeri. Sehingga pronomina persona kami tersebut mengacu pada Kementerian Luar Negeri.

Pronomina persona kita ditemukan sebanyak 12 buah yaitu pada data: (B/1), (C/2), (C/3), (C/4), (C/5), (E/2), (E/6), dan (E/7) berikut ini. Berikut beberapa data yang menggunakan pronomina persona kita.

  • (5) Salam sejahtera bagi kita semua, (B/1) 
  • (6) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2) 
  • (7) Kita telah menerima 3 sertifikat ”warisan budaya tak-benda dan kemanusiaan” (Intangible Cultural Heritage and Humanity) dari UNESCO untuk wayang, keris dan batik. (C/3) 
  • (8) Sebagai bangsa yang bhinekka, masih banyak kekayaan budaya kita lainnya yang layak mendapat pengakuan dunia. (E/2)
Pronomina persona kita pada data (5) mengacu pada penutur yaitu Menteri Luar Negeri dan mitra tutur yaitu hadirin. Pada data (6) terdapat 4 pronomina persona kita. Pronomina persona kita ketiga awal (Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya, kita...) mengacu pada pembicara dan hadirin, sedangkan pronomina persona kita yang keempat (kita, bangsa Indonesia) mengacu bukan hanya pada pembicara dan hadirin tetapi mengacu pada bangsa Indonesia secara keseluruhan sebagaimana unsur tersebut disebutkan setelah penyebutan pronomina persona kita tersebut. Pronomina persona kita pada data (7) dan (8) mengacu pada bangsa Indonesia.

2) Pengacuan persona kedua
Pengacuan persona kedua tunggal tidak ditemukan dalam wacana.
Pengacuan persona kedua jamak ditemukan dalam wacana dengan ditandai pronomina persona hadirin sekalian. Pronomina persona hadirin sekalian ditemukan sebanyak 4 buah yaitu pada data: (C/1), (D/1), (E/1) dan (F/1) berikut ini.

  • (9) Bapak, Ibu dan hadirin sekalian yang berbahagia, (C/1) / (D/1) / (E/1) / (F/1)
Pronomina persona hadirin sekalin pada data (9) mengacu pada mitra tutur yaitu hadirin pada acara Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010.

3) Pengacuan persona ketiga
Pengacuan persona ketiga tunggal ditemukan dalam wacana dengan penanda -Nya, yaitu pada data (C/2) berikut. 
  • (10) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2)
Pronomina persona -Nya pada data (10) mengacu pada unsur yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

Pengacuan persona ketiga jamak tidak ditemukan dalam wacana. 


b. Pengacuan Demonstratif
Pengacuan demonstratif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat (lokasional).

1) Pronomina Demonstratif Waktu
Pronomina demonstratif waktu ada yang mengacu pada waktu kini, lampau, akan datang, dan waktu netral.

Pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu kini dalam wacana ditemukan dengan penanda ini. Ditemukan 2 pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu kini yaitu pada data (C/2), dan (F/2).

  • (11) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2) 
  • (12) Karenanya, dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim, pada hari ini, merupakan kebanggaan dan kehormatan tersendiri bagi kami untuk dapat secara resmi menyerahkan keempat sertifikat UNESCO ini kepada Bapak Menko Kesra. (F/2)
Pronomina demonstratif waktu ini pada data (11) mengacu pada waktu acara Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010 saat tuturan itu dituturkan oleh pembicara. Sedangkan Pronomina demonstratif waktu ini pada data (12) mengacu pada hari tuturan itu dituturkan oleh pembicara, yaitu pada tanggal 5 Februari 2010.

Pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu lampau dalam wacana ditemukan dengan penanda kemarin. Ditemukan 1 pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu lampau dengan penanda kemarin yaitu pada data (D/5).

  • (13) Sebagaimana juga yang telah disampaikan pula oleh Presiden RI kemarin di hadapan para peserta Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di Kementerian Luar Negeri, Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi. (D/5)
Pronomina demonstratif waktu kemarin pada data (13) mengacu pada hari sebelumnya yaitu pada hari diadakan Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di Kementerian Luar Negeri.

Pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu akan datang tidak ditemukan dalam wacana.
Pronomina demonstratif waktu yang mengacu pada waktu netral tidak ditemukan dalam wacana.

2) Pronomina Demonstratif Tempat
Pronomina demonstratif tempat ada yang mengacu pada tempat yang dekat dengan pembicara, agak jauh dengan pembicara, jauh dengan pembicara, dan menunjuk tempat secara eksplisit.

Pronomina demonstratif tempat yang mengacu pada tempat yang dekat dengan pembicara ditandai dengan unsur ini. Dalam wacana penanda ini ditemukan sebanyak 3 pada data: (C/5), (D/2), dan (F/2).

  • (14) Secara keseluruhan, keempat sertifikat ini tidak saja merupakan pengakuan atas kekayaan nilai budaya kita, namun juga atas upaya kita sebagai bangsa untuk secara sungguh-sungguh melestarikan khasanah budaya kita sendiri. (C/5) 
  • (15) Empat sertifikat ini tidak lain merupakan buah dari upaya bersama seluruh elemen bangsa dalam memastikan kepemilikan Indonesia atas ketiga produk budaya tersebut. (D/2) 
  • (16) Karenanya, dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim, pada hari ini, merupakan kebanggaan dan kehormatan tersendiri bagi kami untuk dapat secara resmi menyerahkan keempat sertifikat UNESCO ini kepada Bapak Menko Kesra. (F/2)
Pronomina demonstratif tempat ini pada data (14), (15), dan (16) mengacu pada benda yang ditunjuk atau dimaksudkan oleh penutur yaitu berupa sertifikat penghargaan dari UNESCO.

Pronomina demonstratif tempat yang mengacu pada tempat yang agak jauh dengan pembicara tidak ditemukan dalam wacana.
Pronomina demonstratif tempat yang mengacu pada tempat yang jauh dengan pembicara tidak ditemukan dalam wacana.

Pronomina demonstratif tempat yang mengacu pada tempat secara eksplisit ditemukan 1 buah yaitu Indonesia pada data (B/2) berikut.

  • (17) Yang Terhormat Bapak Agung Laksono, Menko Kesra Republik Indonesia, (B/2)

c. Pengacuan Komparatif
Pengacuan komparatif (perbandingan) ialah salah satu jenis kohasi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, watak, perilaku, dan sebagainya.

Dalam wacana ditemukan 1 pengacuan komparatif yang ditandai dengan adanya unsur sebagaimana pada data (D/5) berikut.

  • (18) Sebagaimana juga yang telah disampaikan pula oleh Presiden RI kemarin di hadapan para peserta Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di Kementerian Luar Negeri, Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi. (D/5)
Penanda pengacuan komparatif sebagaimana pada data (18) mempersamakan antara tuturan yang disampaikan pembicara, yaitu data (D/4) (Upaya bersama ini merupakan cerminan dari apa yang sering kami sebut sebagai ”total diplomacy” di bidang kebudayaan) dengan konsep yang disampaikan oleh Presiden RI, yaitu pada data (D/5) (Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi).

2. Subtitusi (Penyulihan)

Subtitusi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Subtitusi dibedakan menjadi subtitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal. (Sumarlam, 2008: 28)

a. Subtitusi Nominal

Subtitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori nomina. Dalam wacana ditemukan 4 subtitusi nominal, yaitu: sertifikat dan pengakuan; kekayaan dan khasanah; bangsa dan Indonesia; kesungguhan dan jerih payah. Subtitusi nominal tersebut dapat dilihat pada data berikut.

  • (19) Secara keseluruhan, keempat sertifikat ini tidak saja merupakan pengakuan atas kekayaan nilai budaya kita, namun juga atas upaya kita sebagai bangsa untuk secara sungguh-sungguh melestarikan khasanah budaya kita sendiri. (C/5) 
  • (20) Empat sertifikat ini tidak lain merupakan buah dari upaya bersama seluruh elemen bangsa dalam memastikan kepemilikan Indonesia atas ketiga produk budaya tersebut. (D/2) 
  • (21) Perlu disadari, bahwa pengakuan dunia hanya akan diberikan apabila terdapat kesungguhan dari suatu bangsa untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya dan kekayaan alam yang dimilikinya. (E/3) 
  • (22) Pendek kata, pengakuan harus diraih melalui jerih payah. (E/4) 
  • (23) Kami, di Kementerian Luar Negeri, akan terus memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan dan khasanah budaya Indonesia di mata dunia, termasuk mengupayakan masuknya produk-produk budaya Indonesia lainnya ke dalam daftar warisan budaya dunia. (E/8)
Sertifikat disubtitusikan dengan pengakuan pada data (19) di atas. Sertifikat mempunyai makna pengakuan. Kekayaan dan khasanah mempunyai arti yang sama. Nomina kesungguhan disubtitusikan dengan frasal jerih payah. Bangsa disubtitusikan dengan Indonesia. Penyulihan atau subtitusi dalam wacana tersebut berfungsi untuk menghadirkan variasi bentuk.

b. Subtitusi Verbal
Subtitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori verbal dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verbal.

Dalam wacana ditemukan 1 subtitusi verbal, yaitu: memperkenalkan dan mempromosikan yaitu pada data (E/8) berikut.

  • (24) Kami, di Kementerian Luar Negeri, akan terus memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan dan khasanah budaya Indonesia di mata dunia, termasuk mengupayakan masuknya produk-produk budaya Indonesia lainnya ke dalam daftar warisan budaya dunia. (E/8) 

c. Subtitusi Frasal
Subtitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lain yang berupa frasa.
Dalam wacana ditemukan banyak subtitusi verbal yaitu pada data berikut.

  • (25) Yang Terhormat Bapak Agung Laksono, Menko Kesra Republik Indonesia, (B/2) 
  • (26) Yang Terhormat Bapak Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, (B/3) 
  • (27) Yang Terhormat Ibu Marie Pangestu, Menteri Perdagangan RI, (B/4) 
  • (28) Yang Terhormat Bapak Dermawan Kunaefi, Wakil RI untuk UNESCO, (B/5) 
  • (29) Yang Terhormat, para anggota Kelompok Kerja Warisan Dunia, (C/6) 
  • (30) Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian yang berbahagia, (C/1)
Pada data (25), (26), (27), dan (28) masing-masing penyebutan nama diri disubtitusikan dengan penyebutan jabatan, yaitu: Bapak Agung Laksono disubtitusikan dengan Menko Kesra Republik Indonesia (B/2), Bapak Jero Wacik disubtitusikan dengan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI (B/3), Ibu Marie Pangestu disubtitusikan dengan Menteri Perdagangan RI (B/4), Bapak Dermawan Kunaefi disubtitusikan dengan Wakil RI untuk UNESCO (B/5).

Keempat subtitusi tersebut pada data (25), (26), (27), dan (28) ditambah data (29) para anggota Kelompok Kerja Warisan Dunia disubtitusikan dengan frasa pada data (30) yaitu Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian. 
  • (31) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2)
Pada data (31) frasa Allah SWT disubtitusikan dengan frasa Tuhan Yang Maha Esa.
  • (32) Kita telah menerima tiga sertifikat Warisan Budaya Tak-Benda dan Kemanusiaan” (Intangible Cultural Heritage and Humanity) dari UNESCO untuk wayang, keris, dan batik. (C/3) 
  • (33) Kami, di Kementerian Luar Negeri, akan terus memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan dan khasanah budaya Indonesia di mata dunia, termasuk mengupayakan masuknya produk-produk budaya Indonesia lainnya ke dalam daftar warisan budaya dunia. (E/8)
Pada data (32) frasa tiga sertifikat disubtitusikan dengan frasa wayang, keris, dan batik serta frasa Warisan Budaya Tak-Benda dan Kemanusiaan disubtitusikan dengan penyebutannya dalam bahasa Inggris yaitu frasa Intangible Cultural Heritage and Humanity. Sedangkan pada data (33) kata kami disubtitusikan dengan frasa Kementerian Luar Negeri.

Subtitusi dalam wacana terdapat dalam data: (B/2), (B/3), (B/4), (B/5), (C/1), (C/2), (C/3), dan (E/8). Masing-masing data terdapat 1 subtitusi kecuali data (C/3) yang memuat 2 subtitusi. Sehingga total subtitusi dalam wacana adalah sebanyak 9 buah.

d. Subtitusi Klausal
Subtitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual lain yang berupa kata atau frasa.

Dalam wacana ditemukan 2 subtitusi klausal yaitu pada data (D/4) dan (D/6). Masing-masing subtitusi tersebut mengacu pada klausa atau kalimat yang disebutkan sebelumnya.

  • (34) Secara bahu membahu, semua dari elemen bangsa baik para pengrajin, budayawan, akademisi, pelaku pariwisata, media massa, dan Pemerintah, termasuk berbagai Perwakilan RI di luar negeri, telah berkolaborasi dalam meraih pengakuan ini. (D/3) 
  • (35) Upaya bersama ini merupakan cerminan dari apa yang sering kami sebut sebagai ”total diplomacy” di bidang kebudayaan. (D/4) 
Kalimat pada data (34) disubtitusikan dengan frasa upaya bersama pada data (35). Upaya bersama yang dimaksud oleh pembicara tersebut mengacu pada penjelasannya pada kalimat sebelumnya yaitu pada data (34).
  • (36) Sebagaimana juga yang telah disampaikan pula oleh Presiden RI kemarin di hadapan para peserta Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di Kementerian Luar Negeri, Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi. (D/5) 
  • (37) Karena hal itu merupakan aset terbesar dari bangsa kita. (D/6)
Kalimat pada data (36) yaitu Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi disubtitusikan dengan frasa hal itu pada data (37).


3. Ellipsis
Pelesapan (ellipsis) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan selebumnya. Berikut analisis wacana dari aspek ellipsis.

  • (38) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2)
Pada data (38) ada pelesapan unsur marilah kita panjatkan sebelum penyebutan unsur syukur. Apabila ditulis lengkap maka akan didapat kalimat: Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan marilah kita panjatkan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia.

Dalam analisis wacana ini ellipsis tersebut ditulis sebagai berikut.

  • Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan ø syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia.

Selain pada data di atas pelesapan juga terjadi pada data (D/8), (E/3), dan (E/8).

  • (39) Karenanya, kami menyampaikan apresiasi dan ø penghargaan kepada semua pihak yang, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah memberikan sumbangsih bagi pelestarian, pembinaan, dan pengembangan kekayaan budaya bangsa. (D/8) (ø = kami menyampaikan)
  • (40) Perlu disadari, bahwa pengakuan dunia hanya akan diberikan apabila terdapat kesungguhan dari suatu bangsa untuk menjaga dan ø melestarikan warisan budaya dan kekayaan alam yang dimilikinya. (E/3)  (ø = kesungguhan dari suatu bangsa untuk)
  • (41) Kami, di Kementerian Luar Negeri, akan terus memperkenalkan dan ø mempromosikan kekayaan dan khasanah budaya Indonesia di mata dunia, termasuk mengupayakan masuknya produk-produk budaya Indonesia lainnya ke dalam daftar warisan budaya dunia. (E/8) (ø = kami akan terus)
Dari hasil analisis di atas, total ellipsis dalam wacana adalah sebanyak 4 buah.


4. Konjungsi
Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Dilihat dari segi maknanya perangkaian unsur dalam wacana dibedakan menjadi antara lain: sebab-akibat, pertentangan, kelebihan, perkecualian, konsesif, tujuan, penambahan, pilihan, harapan, urutan, perlawanan, waktu, syarat, dan cara. (Sumarlam, 2008: 32-33)

Berikut analisis wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010 dari aspek konjungsi.

a. Sebab-Akibat
Konjungsi sebab-akibat dalam wacana ditandai dengan penanda karena. Penanda konjungsi karena ditemukan sebanyak 5 kata yaitu pada data (C/2), (D/6), (D/8), (E/6), dan (F/2). Berikut contoh data dalam wacana yang menggunakan penanda konjungsi karena.

  • (42) Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia. (C/2) 
  • (43) Karena hal itu merupakan aset terbesar dari bangsa kita. (D/6)
Konjungsi karena pada data (42) menyatakan hubungan sebab-akibat antara klausa atas perkenan-Nya sebagai sebab dan klausal kita dapat berkumpul di kesempatan yang istimewa ini untuk bersama-sama menyaksikan pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya kita, bangsa Indonesia sebagai akibat.

Pada data (43) konjungsi karena menyatakan hubungan sebab-akibat antara kalimat hal itu merupakan aset terbesar dari bangsa kita sebagai sebab dan kalimat Indonesia harus dapat mengedepankan pemanfaatan dari ”soft power” dalam diplomasi (pada data (D/5) sebagai akibat.

b. Pertentangan
Dalam wacana kojungsi pertentangan ditandai dengan kata namun. Terdapat 1 konjungsi namun yaitu pada data (C/5) berikut.

  • (44) Secara keseluruhan, keempat sertifikat ini tidak saja merupakan pengakuan atas kekayaan nilai budaya kita, namun juga atas upaya kita sebagai bangsa untuk secara sungguh-sungguh melestarikan khasanah budaya kita sendiri. (C/5)

c. Penambahan
Konjungsi penambahan di dalam wacana ditandai dengan penanda dan dan juga. Dalam wacana ditemukan konjungsi dan sebanyak 16 kata, yaitu pada data: (B/3), (C/1,2,3,4), (D/1,3,8), (E/1,3,8), dan (F/1,2). Konjungsi juga ditemukan dalam wacana sebanyak 2 kata, yaitu pada data: (C/5), (D/5).

Berikut ini contoh data yang menggunakan konjungsi dan dan juga.

  • (45) Yang Terhormat Bapak Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, (B/3) 
  • (46) Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian yang berbahagia, (C/1) 
  • (47) Secara keseluruhan, keempat sertifikat ini tidak saja merupakan pengakuan atas kekayaan nilai budaya kita, namun juga atas upaya kita sebagai bangsa untuk secara sungguh-sungguh melestarikan khasanah budaya kita sendiri. (C/5)

d. Syarat
Dalam wacana kojungsi syarat ditandai dengan kata apabila. Terdapat 1 konjungsi apabila yaitu pada data (E/5) berikut. 
  • (48) Perlu disadari, bahwa pengakuan dunia hanya akan diberikan apabila terdapat kesungguhan dari suatu bangsa untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya dan kekayaan alam yang dimilikinya. (E/3)
Pada data (48) konjungsi syarat apabila menghubungkan klausa pengakuan dunia hanya akan diberikan sebagai hasil dan klausa terdapat kesungguhan dari suatu bangsa untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya dan kekayaan alam yang dimilikinya sebagai syarat.

e. Cara
Dalam wacana kojungsi cara ditandai dengan kata secara. Terdapat 4 konjungsi secara yaitu pada data (C/5), (D3), (D/8), dan (F/2). 
  • (49) Karenanya, kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada semua pihak yang, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah memberikan sumbangsih bagi pelestarian, pembinaan, dan pengembangan kekayaan budaya bangsa. (D/8) 

f. Kelebihan
Konjungsi kelebihan ditandai dengan penanda malah. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi kelebihan.

g. Perkecualian
Konjungsi perkecualian ditandai dengan penanda kecuali atau selain. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi perkecualian.

h. Konsesif
Konjungsi konsesif ditandai dengan penanda meskipun, walapun, atau kendatipun. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi konsesif.

i. Tujuan
Konjungsi tujuan ditandai dengan penanda agar atau supaya. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi tujuan.
 
j. Pilihan
Konjungsi pilihan ditandai dengan penanda atau atau apa. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi pilihan.

k. Harapan
Konjungsi harapan ditandai dengan penanda moga-moga atau semoga. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi harapan.

l. Urutan
Konjungsi urutan ditandai dengan penanda lalu, terus, atau kemudian. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi urutan.

m. Perlawanan

Konjungsi perlawanan ditandai dengan penanda sebaliknya. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi perlawanan.

n. Waktu

Konjungsi waktu ditandai dengan penanda setelah, sesudah, usai atau selesai. Dalam wacana tidak ditemukan penanda konjungsi waktu.


Dari hasil analisis wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010, dapat menyimpulkan bahwa untuk menciptakan sebuah kepaduan wacana tersebut terdapat adanya penanda kohesi gramatikal yang terdiri dari pengacuan, subtitusi, ellipsis, dan konjungsi. 
Aspek pengacuan terdiri dari pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif. Pengacuan persona paling dominan ditemukan dalam wacana. Subtitusi digunakan dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda, menghilangkan kemonotonan, dan variasi bentuk. Subtitusi yang paling dominan dalam wacana adalah subtitusi frasal. Ellipsis hanya ditemukan sedikit dalam wacana. Konjungsi yang dominan dalam wacana adalah konjungsi penambaan yang ditandai dengan penanda dan dan juga.


DAFTAR PUSTAKA
Detikcom. 2010. “Sertifikat Keris, Wayang dan Batik dari UNESCO Diserahkan ke Menko Kesra”. (http://www.detik.com diakses tanggal 20 Desember 2010)

Konsulat Jenderal Republik Indonesia. 2010. “Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik - 5 Februari 2010”. (Online http://www.kjriffm.de diakses tanggal 20 Desember 2010)

Sumarlam (Ed). 2008. Teori dan Praktek Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra

Suara Merdeka. 2010. “Indonesia Terima 4 Sertifikat Warisan Budaya UNESCO”. (http://www.suaramedia.com diakses tanggal 20 Desember 2010)




Lampiran
Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010

(A)
  1. Bismillaahirrahmaanirrahiim,
  2. Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh, 
  3. Salam sejahtera untuk kita semua,

(B)
  1. Yang saya hormati Ketua MPR RI, Bapak Taufik Kiemas,
  2. Yang saya hormati para Menteri dan anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, 
  3. Yang saya hormati para mantan Menteri Pendidikan, Saudara Gubernur DKI Jakarta, para pimpinan perguruan tinggi, para pendidik, guru besar, guru, mahasiswa, dan siswa yang saya cintai, dan segenap pejuang, dan pencinta pendidikan di seluruh tanah air yang saya banggakan, 
  4. Pada kesempatan yang baik dan insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak Saudara semua untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena kepada kita masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan kontribusi kita kepada pembangunan bangsa, utamanya pembangunan pendidikan nasional. 
  5. Semoga puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2010 ini, dapat meningkatkan tanggung jawab dan komitmen kita semua dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia. 
  6. Saya juga ingin menggunakan kesempatan yang baik ini untuk mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pemimpin dan pengelola pendidikan. 
  7. Kepada para guru dan para pembimbing, kepada kalangan dunia usaha dan masyarakat luas, yang juga terus berkontribusi dalam dunia pendidikan. 
  8. Kepada para pengelola dan guru Sekolah-sekolah Luar Biasa, dan tentu saja kepada orang tua murid yang juga melakukan bimbingan di luar sekolah.

(C)
  1. Hadirin yang saya hormati,
  2. Tadi kita saksikan pemberian tanda penghargaan kepada mereka yang memiliki dedikasi yang tinggi serta mereka-mereka yang memiliki prestasi yang luar biasa. 
  3. Oleh karena itu, atas nama negara dan pemerintah saya mengucapkan selamat atas prestasi dan penghargaan yang diraih itu. 
  4. Jadilah pahlawan-pahlawan pendidikan yang sejati. 
  5. Saya menyampaikan rasa hormat kepada semua para pejuang dan pecinta pendidikan yang bekerja keras di seluruh tanah air. 
  6. Dengan harapan, semoga jasa Saudara benar-benar bisa mempercepat peningkatan kualitas pendidikan kita. 
  7. Juga hormat dan penghargaan saya kepada anak-anak yang berprestasi, dengan pesan dan harapan, jaga dan kembangkan apa yang telah kalian raih untuk mencapai sukses yang lebih besar lagi di masa depan.

(D)
  1. Hadirin sekalian yang saya muliakan,
  2. Di berbagai kesempatan, kita semua, termasuk saya, telah membicarakan hal-hal yang mendasar dalam dunia pendidikan. 
  3. Misalnya, tentang infrastruktur fisik pendidikan, tentang kurikulum, metodologi, dan sistem evaluasi, tentang sasaran-sasaran yang perlu dicapai oleh dunia pendidikan, baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan maupun di dalam membentuk watak dan nilai pada anak didik, termasuk kualitas dan kesejahteraan para pendidik, para guru besar, para dosen, para guru dan semua pihak yang mengelola pendidikan di negeri kita. 
  4. Dan apa yang kita bahas dan diskusikan itu telah kita tuangkan dalam berbagai instrumen, apakah undang-undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan daerah. 
  5. Hal-hal yang bersifat upaya peningkatan kesejahteraan secara bertahap, sesuai dengan kemampuan negara juga telah kita berikan. 
  6. Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, saya ingin menyampaikan yang berbeda, sebagai satu refleksi tentang hari pendidikan yang penting ini, sekaligus untuk memastikan bahwa arah pembangunan pendidikan ini di negeri kita menuju ke arah yang benar.

(E)
  1. Saudara-saudara,
  2. Secara singkat, saya ingin mengedepankan lima topik, lima isu penting dalam dunia pendidikan. 
  3. Pertama adalah hubungan pendidikan dengan pembentukan watak, atau yang kita kenal dengan character building. 
  4. Yang kedua, kaitan pendidikan dengan kesiapan dalam menjalani kehidupan setelah seseorang selesai mengikuti pendidikan itu. 
  5. Yang ketiga, kaitan pendidikan dan lapangan pekerjaan, yang ini juga menjadi prioritas dalam pembangunan lima tahun mendatang. 
  6. Yang keempat, bagaimana kita membangun masyarakat berpengetahuan atau knowledge society, yang kita mulai dalam meningkatkan basis pengetahuan masyarakat. 
  7. Dan yang kelima atau yang terakhir, bagaimana kita bisa membangun budaya inovasi, the culture of innovation, yang sangat diperlukan agar negara kita benar-benar menjadi negara yang maju di abad 21 ini. 
  8. Lima hal itulah yang secara ringkas ingin saya sampaikan dan saya tujukan kepada semua pengelola pendidikan bahkan segenap pemangku kepentingan di negeri ini. 
  9. Pertama Saudara-saudara, sebelum saya masuk kepada lima hal tadi, saya ingin mengajak Saudara memahami perkembangan dunia saat ini, termasuk perkembangan negeri kita di tengah-tengah dunia yang terus berubah. 
  10. Dengan demikian, apapun yang kita lakukan termasuk pembangunan di bidang pendidikan tidak akan kehilangan arah, karena sesuai dengan apa yang tengah terjadi pada dunia kita dan pada negeri kita.

(F)
  1. Saudara-saudara,
  2. Perkembangan kehidupan masyarakat dewasa ini, baik di tingkat nasional maupun di tingkat global, dapat saya sampaikan sebagai berikut. 
  3. Kita sekarang hidup dalam era globalisasi, universalisasi, era informasi canggih, dan juga alam demokrasi. 
  4. Dalam keadaan dunia dan negeri kita seperti itu, kita menghadapi tantangan-tantangan baru, misalnya perubahan iklim yang sering mendatangkan bencana, berkembangnya berbagai penyakit menular yang bisa melanda bangsa manapun di dunia ini. 
  5. Tiba-tiba kita berhadapan dengan permasalahan pangan, energi, dan air, karena kebutuhan yang luar biasa pada tingkat dunia, sedangkan sumber-sumber itu tidak bertambah sebanding dengan pertumbuhan penduduk yang kini telah mencapai 6,6 miliar manusia. 
  6. Kemudian tantangan yang lain, ekonomi dunia tiba-tiba sekarang ini rentan krisis. 
  7. Krisis bisa terjadi setiap saat, krisis yang dialami oleh satu negara dengan cepat bisa melanda negara-negara yang lain. 
  8. Kemudian, belum kejahatan yang makin beragam, kejahatan narkotika, perdagangan manusia, terorisme, dan sebagainya. 
  9. Itulah dunia kita, itulah tantangan-tantangan yang kita hadapi.

(G)
  1. Namun, Saudara-saudara, dunia dan negeri kita ini bukan hanya menghadirkan tantangan, ancaman, tetapi juga peluang atau opportunity.
  2. Kalau kita cerdas dan arif mendapatkan peluang ini, kita akan menjadi bangsa yang beruntung. 
  3. Peluang yang ingin saya sampaikan antara lain adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi bagi yang mendayagunakannya secara bijak dan tepat akan membawa manfaat. 
  4. Kerja sama ekonomi makin terbuka, kalau kita bisa meningkatkan daya saing perekonomian kita, kita juga mendapatkan manfaat. 
  5. Muncul solidaritas global, kesetiakawanan dunia terhadap negara-negara yang terkena musibah bencana misalnya, apa ada krisis kemanusiaan. 
  6. Ingat, waktu kita mengalami musibah tsunami di Aceh dan Nias dalam skala yang besar ataupun gempa di Jogja dan Klaten misalnya. 
  7. Negara-negara lain, bangsa-bangsa sedunia datang untuk membantu kita. 
  8. Indonesia pun membantu negara-negara lain yang mengalami hal yang sama.

(H)
  1. Semua itu adalah peluang untuk banyak lagi yang harus kita dapatkan secara cerdas dan bijak.
  2. Oleh karena itu, dalam iklim dan alam seperti ini, jenis perjuangan, struggle of life, dan persaingan di antara bangsa-bangsa, bahkan di antara warga masyarakat adalah perjuangan untuk hidup, to survive. 
  3. Mungkin kita tidak begitu merasakan, tapi bagi negara-negara yang sangat miskin, yang tiap hari berjuang untuk mendapatkan makanan dan kebutuhan-kebutuhan dasar, perkembangan seperti ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidupnya. 
  4. Kemudian perjuangan yang lain, kompetisi yang lain adalah untuk mendapatkan pekerjaan atau profesi dan kemudian untuk sukses, baik sebagai bangsa, maupun sebagai individu orang-seorang. 
  5. Saudara pasti tahu dan setuju dengan saya, menghadapi dunia seperti ini, tentu kita harus meningkatkan human capital kita dan meningkatkan daya saing kita. 
  6. Dan kita bisa menyimpulkan yang akan survive dalam arti luas, dan yang akan menang dan sukses dalam era seperti ini adalah, saya boleh mengedepankan dua hal, mereka yang berpengetahuan dan berketerampilan, knowledge and skills. 
  7. Knowledge sendiri tidak cukup pengetahuan itu, tapi skills, keterampilan di berbagai cabang profesi.
  8. Dan yang kedua adalah mereka yang berkarakter kuat, baik bangsa, maupun individu.

(I)
  1. Hadirin yang saya hormati,
  2. Lima hal tadi yang saya sampaikan secara ringkas adalah sebagai berikut. 
  3. Pertama, sesuai dengan tema Hardiknas tahun ini tentang character building. 
  4. Character building tentu bukan hanya tugas dunia pendidikan, tugas bangsa secara keseluruhan. 
  5. Tetapi, kalau saya harus kaitkan dengan pendidikan, maka saya bisa menyampaikan hal-hal sebagai berikut. 
  6. Yang disebut yang berkarakter kuat dan baik adalah, baik perseorangan atau masyarakat, atau bahkan bangsa adalah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. 
  7. Yang kedua juga mereka yang memiliki kepribadian, kemandirian, keyakinan diri, dan disiplin yang baik pula. 
  8. Mereka yang memiliki semangat, bersikap optimis, dan berpikir positif, sehingga energi yang dibawa juga energi positif. 
  9. Mereka yang ulet, tegar, tidak mudah menyerah, tidak cengeng, dan gigih mengatasi masalah. 
  10. Dan mereka yang toleran terhadap yang lain, menghargai yang lain, rukun dengan saudara-saudaranya, utamanya sebangsa dan setanah air. 
  11. Dan yang tidak kalah pentingnya sebagai negara yang merdeka karena perjuangan kita semua adalah perlunya menjaga patriotisme dan nasionalisme, cinta tanah air dan cinta bangsa. 
  12. Pertanyaannya adalah bagaimana kita membentuk manusia, anak didik kita memiliki karakter seperti itu.

(J)
  1. Pertama-tama dengan pelajaran yang sering diajarkan yang bersifat teori, tapi itu menurut saya baru sekitar 30%.
  2. Harus diimbangi dengan praktek dan pembiasaan-pembiasaan untuk berdisiplin, untuk tidak mudah menyerah, untuk menghargai yang lain, dan sebagainya. 
  3. Juga diperlukan contoh dan tauladan dari semua. 
  4. Kalau pendidikan ya dari pimpinan sekolah, para guru yang tiap hari bertemu, yang berinteraksi setiap saat. 
  5. Mereka harus menjadi contoh, menjadi role model. 
  6. Kemudian perbanyak, makin tinggi pendidikan itu, studi kasus ataupun latihan-latihan, seperti outbound training. 
  7. Itu juga character building, leadership training yang sangat diperlukan.

(K)
  1. Saudara-saudara,
  2. Kalau saya berkunjung ke SD, SMP, Saudara sering mendampingi saya. 
  3. Sebelum saya presentasikan sesuatu yang jauh, yang maju, yang membanggakan, saya lihat dulu ada nggak tumbuh-tumbuhan supaya tidak krontang di situ. 
  4. Kebersihan secara umum, ketertiban secara umum, sebab kalau anak kita TK, SD, SMP, selama sepuluh tahun lebih, tiap hari berada dalam lingkungan yang bersih, lingkungan yang tertib, lingkungan yang teratur, itu ada values creation, ada character building dari segi itu. 
  5. Ini bisa kita lakukan semuanya itu dengan sebaik-baiknya tempat-tempat pembuangan sampah, tong-tong sampah. 
  6. Saya lihat kamar mandi dan WC-nya bersih tidak, bau tidak, airnya ada tidak. 
  7. Character building yang bersifat kebangsaan, ketanahairan, saya kira sudah mulai dilupakan oleh kita semua. 
  8. Saya mengajak, marilah kita revitalisasikan, di sini ada pak Sumarno Sudarsono, yang saya tahu lebih dari 30 tahun memfokuskan diri untuk pembangunan karakter atau character building. 
  9. Tentu tidak cukup hanya beliau sendiri, harus banyak lagi di negeri kita ini yang tekun, yang gigih, yang rajin untuk mengajak kita semua memiliki karakter yang baik, termasuk patriotisme dan nasionalisme kita.

(L)
  1. Saudara-saudara,
  2. Itu pertama. 
  3. Yang kedua, bagaimana pendidikan dan kesiapan dalam kehidupan. 
  4. Saya meminta atensi Mendiknas, saya minta atensi para pendidik dan para guru sekalian. 
  5. Begini, kadang-kadang kurikulum, mata ajaran, metodologi di SD, SMP utamanya pendidikan dasar dan kemudian juga SMA dalam batas tertentu, itu sebagian kena, sebagian belum memenuhi apa yang kita harapkan. 
  6. Bagaimana seseorang yang sudah mengenyam pendidikan 10 tahun, apa yang ada dalam pikirannnya, apa yang ada dalam hatinya, bagaimana perilaku sehari-harinya? 
  7. Saya ingin mengajak kita semua back to basic. 
  8. Memang kita harus menuju pendidikan yang super modern, yang maju, yang tepat zaman, tapi jangan dilupakan hal-hal yang elementer, yang fundamental, yang basic tadi. 
  9. Begini, katakanlah anak SD, SMP di pelosok-pelosok tanah air kita, ataupun di kota-kota besar, ataupun dimanapun, maka dia harus siap ketika masuk ke lingkungan masyarakat atau hidup dalam kehidupan masyarakat, selamat dari ancaman penyakit-penyakit menular. 
  10. Oleh karena itu, kurikulum SD, SMP harus diajari, diajarkan, bagaimana kita hidup sehat terbebas dari penyakit-penyakit yang setiap saat bisa datang.

(M)
  1. Harus tahu, banyak yang sakit karena tidak tahu kalau itu menular, kalau itu bisa jadi wabah, dan sebagainya.
  2. Juga bagaimana hidup hemat terhadap energi, terhadap air, terhadap pangan, sejak awal untuk tidak berperilaku boros. 
  3. Agar dapat pekerjaan suatu saat, anak-anak diajarkan, kalian harus punya keterampilan, harus punya pengetahuan, sesuai dengan apa yang kalian cita-citakan. 
  4. Mereka harus tahu, mencari pekerjaan tidak mudah, persaingan akan keras. 
  5. Oleh karena itu diperlukan keuletan, yang saya sebut dengan karakter yang kuat tadi itu. 
  6. Kemudian suatu saat dia masuk dalam alam demokrasi, dimana-mana ada kebebasan, kepada mereka diajarkan, berpikir kritis, daya kritis, ketika mendengar, melihat dalam era kebebasan itu, dia bisa tahu mana-mana yang tepat dan mana-mana yang tidak tepat. 
  7. Pendek kata, kita harus mempersiapkan mereka untuk siap menghadapi dan menjalani kehidupannya. 
  8. Tidak boleh ada gap apa yang diajarkan dalam pendidikan dasar dengan apa yang akan mereka alami dalam kehidupan keluarganya, di masyarakatnya, dan di tingkat bangsa dan negaranya. 
  9. Itu yang kedua.

(N)
  1. Yang ketiga, pendidikan dan lapangan pekerjaan.
  2. Tidak terlalu sulit di sini, saya minta, sejak SD, SMP, dikenalkan, diorientasikan, profesi itu apa saja. 
  3. Saya punya buku satu set, bagaimana kalau yang ingin menjadi dokter, seperti apa sih profesi dokter itu, montir, petani, tentara, polisi, sebanyak mungkin. 
  4. Dengan demikian anak-anak kita sejak awal kalau ingin jadi penerbang, atau ingin jadi peneliti, atau ingin jadi pedagang, mengerti seluk beluk tentang profesi itu. 
  5. Kemudian komposisi yang tepat Mendiknas, pendidikan umum, pendidikan kejuruan, teori, dan praktek. 
  6. Itu juga cara mendekatkan pendidikan dengan lapangan pekerjaan, dan perlu sinergi, lembaga pendidikan, lapangan pekerjaan atau pasar tenaga kerja, dan pemerintah. 
  7. Jangan sampai sebuah provinsi sudah terlalu banyak sarjana politik, sudah terlalu banyak ahli pertanian, yang didorong itu semua, sehingga pengangguran makin meningkat, padahal ahli perikanan kurang. 
  8. Kemudian mereka yang bergerak di bidang hukum kurang misalnya. 
  9. Jadi ada korelasi antara lapangan pekerjaan, pasar tenaga kerja dengan apa yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga pendidikan tiap tahunnya. 
  10. Di sinilah perlu sinergi, disinilah perlu semacam tri partit yang lain, schools, labour market, dengan the government, baik pusat maupun daerah. 
  11. Kemudian satu lagi, ini menjadi gerakan di seluruh dunia yang disebut life long education for all. 
  12. Dalam era globalisasi, pekerjaan itu bertambah banyak. 
  13. Orang yang tadinya ahli pertanian, bisa jadi, ah saya kok ingin masuk ke profesi yang baru itu. 
  14. Dia bisa belajar mungkin vocational training, pendidikan kejuruan, latihan-latihan di BLK, dan sebagainya. 
  15. Itu termasuk bagian dari life longeducation for all. Itu yang ketiga.

(O)
  1. Yang keempat adalah bagaimana kita menuju masyarakat berpengetahuan atau knowledge society.
  2. Mengapa kita perlu masyarakat kita mesti meningkat basis pengetahuannya? 
  3. Ya agar mereka siap masuk dalam kehidupan ekonomi, kehidupan politik, kehidupan sosial, dan hubungan internasional. 
  4. Kita tidak ingin Saudara-saudara, di negeri kita sudah ada internet, ada e-mail, ada website, ada dunia maya, ada teknologi informasi yang super canggih. 
  5. Tetapi keluar sedikit kita di pedalaman, di daerah, ada gap, ada kesenjangan yang luar biasa. 
  6. Gap inilah yang tidak baik karena bisa menimbulkan masalah ketidakadilan atau ketidaktenteraman dalam kehidupan bermasyarakat. 
  7. Oleh karena itulah, angkat semua masyarakat dimanapun, di perkotaan, di pinggir perkotaan atau pun di pedesaan, semua ditingkatkan basis pengetahuannya, termasuk perlunya pendidikan kewarganegaraan, citizenship yang aplikatif, dengan metode pengajaran yang tepat, jangan yang teoritis, yang setelah itu tidak punya bayangan yang kuat bagaimana menjadi warga negara yang baik, bagaimana ikut pemilu yang baik, bagaimana ikut pilkada yang baik, dan sebagainya.

(P)
  1. Saudara-saudara,
  2. Ciri masyarakat yang berpengetahuan, ini penting, para educators, para Rektor, para pimpinan lembaga pendidikan, adalah mereka yang menguasai IPTEK, yang menguasai informasi, yang punya daya kritis dan common sense, yang memiliki pengetahuan dan kesiapan memilih profesi mau jadi apa dia, mau kerja di mana. 
  3. Orang yang punya common sens, yang punya the power of reason, tidak mudah percaya kepada yang irasional, tahayul, rumor yang tidak berdasar, dan sebagainya. 
  4. Mari kita bangun daya kritis, the power of reason, basis pengetahuan masyarakat kita. 
  5. Dengan demikian, ada apapun, mereka punya ketahanan, punya resilience untuk menghadapi semuanya itu. 
  6. Mari kita bangun masyarakat berpengetahuan, dimulai dari meningkatkan basis pengetahuan masyarakat kita, menyeluruh, merata di seluruh tanah air. 
  7. Yang kelima, atau yang terakhir adalah membangun budaya inovasi. Inovasi, termasuk inovasi teknologi adalah penting untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh negeri kita maupun oleh dunia. 
  8. Dengan inovasi, kita akan meningkatkan produktifitas perekonomian kita. 
  9. Kalau produktif, maka pendapatan negara tinggi, pendapatan orang-seorang juga tinggi. 
  10. Kita bisa mengatasi krisis pangan, krisis energi, krisis air, krisis lingkungan, karena technological innovation, inovasi teknologi. 
  11. Kita akan hidup makin efisien, tidak boros, karena ada perangkat, ada mesin, ada fasilitas yang membikin efisien kehidupan kita ini. 
  12. Pemerintahan, pendidikan, dunia usaha akan semakin efisien dan efektif karena sesuatu yang inovatif yang kita lakukan.

(Q)
  1. Nah, khusus pendidikan, Pak Nuh dan Saudara-saudara, saya ingin Saudara juga menyumbang bagaimana membikin anak-anak kita memiliki benih-benih inovasi yang bisa dikembangkan di masa depan.
  2. Dengan membangun, berkali-kali saya sampaikan intellectual curiosity. 
  3. Jangan guru berkata, murid mendengar, harus diubah. 
  4. Murid makin aktif, dikasih pekerjaan rumah untuk membangun imajinasi mereka, the power of imagination. 
  5. Biarkan ia kreatif, mencari-cari, ngarang-ngarang, tapi yang sifatnya konstruktif. 
  6. Metode teaching as enquiry learning, diterapkan di banyak negara, harus kita masuki enquire. 
  7. Ingin tahu, mengapa tiba-tiba hujan, mengapa orang petani bisa sejahtera, mengapa kalau maju harus punya daya saing, why, why, why? The power of reason. 
  8. Kemudian penelitian pengembangan kecil-kecilan dimulai. 
  9. Bukan to find opportunity, tapi to create opportunity, pada saatnya akan seperti itu. 
  10. 20 Mei, sebentar lagi akan kami sahkan Komite Inovasi Nasional yang saya harapkan bisa bertugas bersama-sama pemerintah dan masyarakat luas untuk mengembangkan inovasi di negeri ini.

(R)
  1. Itulah lima pekerjaan rumah kita, yang kita laksanakan bersama-sama ke depan.
  2. Dan sebagai kesimpulan Saudara-saudara, reformasi di bidang pendidikan perlu terus kita lanjutkan dan tingkatkan dengan dua perspektif back to basic, kembalikan pada hakikat pendidikan. 
  3. Bukan hanya ilmu, tapi juga karakter, juga nilai. 
  4. Lihat kembali kurikulumnya, mata ajarannya, metodologinya, sistem evaluasinya lihat kembali. Kemudian yang kedua, menjemput masa depan dengan inovasi dan pengembangan. 
  5. Itulah pekerjaan rumah kita semua, dan insya Allah, dengan kebersamaan kita akan bisa laksanakan, sehingga negara kita ini makin ke depan makin baik untuk anak cucu kita.

(S)
  1. Demikianlah Saudara-saudara.
  2. Sekali lagi, terima kasih dan penghargaan saya kepada para pendidik di seluruh tanah air, dan semoga Hari Pendidikan Nasional ini menggugah tanggung jawab, semangat, dan upaya besar kita untuk membikin bangsa kita makin maju. 
  3. Sekian. 
  4. Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh.



Semoga artikel Analisis Gramatikal Wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010 bermanfaat

Salam hangat Analisis Gramatikal Wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan Sifat ramalan kali ini.

Baca juga artikel berikut


Analisis Gramatikal Wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Analisis Gramatikal Wacana Teks Sambutan Menlu RI pada Penyerahan Sertifikat UNESCO untuk Wayang, Keris, dan Batik Tanggal 5 Februari 2010"

Posting Komentar